Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 Agustus 2016

Surga Duniawi

Hiii, aku Diana Dwi Laras. Usiaku kini menginjak 24 tahun. Perjalanan cinta ku baru di mulai saat aku dan suami ku (Bayu Aditya) menikah 8 bulan yang lalu tepatnya 22 November 2015. Awal kami menikah semua baik-baik dan lancar hingga suatu ketika.
“Mas, kenapa hari ko murung” (sambil mendekatinya yang sedang duduk di kasur)
“Sudah hampir 1 tahun kita menikah, tapi sampai hari ini kamu belum hamil juga dek. Ini semua salah mas, dari awal kan mas sudah bilang kalau mas ngak bisa kasih kamu keturunan.”
“Mas, dari awal saat kamu melamar ku, aku ikhlas, aku ridho lillahitaaala menerima segala kekurangan kamu.”
“Mas, tau kamu ikhlas menerima aku. Tapi……”
“Tapi apa mas…..”
“Sudah lah aku lelah dek, mau tidur saja”
Suami ku langsung berbaring dan tertidur pulas seketika. Keesokan harinya ibu serta kakak dan adikku berkunjung datang
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsallam” (ujar ku dari dalam dan menuju ke pintu)
(memeluk ku saat aku membukakan pintu) “ Ibu kangen sama kamu di”
“Masuk bu, jangan di depan pintu seperti ini, tidak enak di lihat tetangga”
Ibu, kakak dan adik ku masuk ke ruang tamu dan aku ke dapur untuk ambilkan minuman.
“Ibu apa kabar?, maaf dian udah jarang main kerumah” sambil meletakan minuman.
“Tidak apa-apa sesekali ibu yang datang main kesini”
Setelah kami berbincang dan melepas rindu. Ibu mengajak ku untuk berbicara berdua di kamar, ada hal penting yang ingin beliau sampaikan pada ku. Hal ini membuat aku penasaran, apa ibu ada sangkutan utang hingga ke rumah menemui ku atau apa, adek ku kekurangan biaya kuliah, tiap bulan aku selalu setor penghasilan ku untuk membantu ibu ku. Tapi apa ya?
“Ada apa bu?”
“Kalian sudah menikah hampir 1 tahun, ibu belum melihat kamu hamil, ada apa? Benar apa yang ibu dengar dari tetangga”
“Memang tetangga bicarakan apa tentang keluarga ku bu?”
“Begini ceritanya…….”
Saat ibu, kakak dan adik ku akan berkunjung kerumah ku, tak sengaja ibu mendengarkan tetangga mengosipkan tentang keluarga ku.
“Kalian sudah dengar belum kalau tetangga baru kita itu, yang baru nikah belum lama ini ternyata lakinya madul”
“Berita ini bener apa ngak bu Lusi, jangan sampai ada fitnah di kemudian hari lho
“Iya nih, bener apa ngak” ujar bu Ida (Ibu RT)
“Bener, suaminya bu Dian itu madul, ginjalnya juga cuma ada satu, mana bisa kasih keturunan kan….’
“Iya juga sih, kasihan ya bu dian itu. Udah cantik, baik dapat suami seperti itu, mana pekerjaanya juga ngak jelas gitu”
“Permisi bu, mau tanya rumah Bayu Aditya dimana ya?” ujar ibu ku
“Waduh, ibu ini siapa ya. Mana habis kita gosipin lagi” ujar bu Ida dalam hati
“Dari sini lurus saja bu,2 rumah sebelum belokan, pagarnya bewarna hijau” ujar bu Irma
“Terima kasih” Ibu ku pergi meninggalkan ibu-ibu yang bergosip tersebut.
“Jadi karena itu ibu, mau bicara berdua saja sama aku” menghela nafas
“Semua itu bohong kan”
“Semua itu benar bu, suami aku memang tidak bisa kasih keturunan. Maaf kan aku bu, ibu malah mendegarkan berita ini dari tetangga”
“Kenapa kamu mau sama pria seperti itu, awal kalian pacaran dulu kamu kan sempat putus, malah balikan dan sekarang menikah”
“Bu… Dian ikhlas menerima segala kekurangan mas Bayu. Meski kamu tak diberi keturunan, kami bahagia bu”
“Kamu kan sangat menginginkan anak, kalau tau dari awal Bayu tidak bisa kasih kamu anak, mending kamu menikah saja dengan Dika”
“Abang Dika, bu abang Dika sudah ku anggap seperti abang aku, tidak lebih dari itu. Sudah ya bu, sebentar lagi suami ku pulang” ku keluar kamar melanjutkan pekerjaan rumah.
Tanpa sepengetahuan ku, ia mendengarkan semua pembicaraan. Ia tak langsung masuk dan pergi keluar lagi dengan wajah murung.
2 malam mas bayu tak pulang kerumah. Hingga malam itu dia datang dan aku sungguh senang mas bayu pulang kerumah. Seperti biasa aku selalu mencium tangan suami ku dan membawa tasnya ke dalam.
“Mas, aku buatkan teh ya, tunggu sebentar”
“Dek, duduk lah disini” ujarnya meminta ku untuk duduk di sampingnya
“Apa mas, jangan buat aku penasaran” ujar ku
“Dek, hubungan kita sampai disini saja ya” ujarnya sambil menatap mata ku
“Maksudnya mas apa?, dian ngak ngerti” aku bingung ada gerangan apa yang buat suami ku berkata seperti itu.
“Dek, mas ikhlas kita berpisah. Kita akhiri saja ya”
“Mas ngomong apa sih, aku ngak mau pisah mas, aku ngak bisa pisah dari mas. Mas ngak tau kan apa yang terjadi pada ku saat mas pergi”
Di hari saat suami ku mendengar pembincangan bersama ibu hingga membuatnya pergi. Habis maghrib, ibu ku pulang bersama kakak dan adik ku. Aku menunggu dan menunggu suami ku pulang.
“Tumben banget, mas bayu belum pulang. Biasanya jam 4 tadi sudah sampai dirumah. Mana handphonenya ngak aktif” aku bingung dan gelisah, modar mandir di ruang tamu dan selalu buka pintu setiap beberapa menit.
Hingga waktu menunjukan jam 12 malam, sampai aku ketiduran di sofa tamu tapi malam itu masa ku tak pulang. Aku berpikir mungkin saja besok subuh mas ku sudah tiba dirumah. Subuh pun mas ku tak pulang. Aku membuka pintu kamar, tak ada suami ku. Hingga keesokan harinya.
“Pagi bu Dian” ujar tetangga sebelah rumah
“Pagi juga bu Rita”
“Tumben bu, suaminya ngak kelihatan. Ngak pulang ya atau cari cewek malam ya” sindiran halus.
“Bu Rita, maaf ya suami saya memang tidak pulang semalam, bukan mencari wanita malam tapi ia bertugas melindungi negara ini, dia seorang abdi Negara.”
“Maaf deh bu Dian, kan siapa tau suami ibu cari wanita lain, kan ibu belum hamil juga”
“Saya permisi bu”  langsung masuk kerumah.
Pagi itu hati aku sedih dan berpikir aneh-aneh tentangnya. Tidak mungkin suami ku mencari wanita lain. Hanya aku wanita satu-satunya. Aku pun sholat dhuha, sholat sunnah yang selalu aku jalankan.
“Ya, allah engkau maha pengasih lagi maha penyayang. Aku memohon padamu jauhkanlah hamba mu ini dari orang-orang yang sirik dan mau merusak rumah tangga ku. Ya allah engkau maha tahu, dimanakah suami ku berada, bagaimana keadaannya. Ya allah pulangkan lah suami aku dalam keaadaan sehat. Aamiin”
Hari berlalu hingga keesokan sorenya, suami ku pulang dan meminta untuk mengakhiri hubungan ini. Saat makan malam tiba, suami ku diam tanpa berkata sedikit pun pada ku, tidak seperti biasanya dia seperti ini. Setelah makan pun langsung masuk kekamar, biasanya dia temani aku membereskan meja makan hingga mencuci piring.
“Mas, aku boleh duduk disini di samping kamu” mas Bayu tetap duduk terdiam tanpa berkata apa pun.
“Mas, maaf kalau aku bukan wanita sempurna. Aku berusaha jadi istri yang baik untuk kamu dan untuk anak-anak kita kelak”
“Anak kata kamu, kamu menyindir aku. Aku ngak bisa kasih kamu anak. Mau anak dari mana?” dengan nada keras dia membentak ku.
“Mas, jangan marah aku ngak ada maksud buat sakiti hati kamu, maaf mas” air mata aku menetes saat itu juga.
“Dian, cukup kamu baik sama aku. Sudah kamu ngak usah berpura-pura bahagia bersama ku. Aku bukan pria sempurna. Lebih baik kamu cari pria lain. Kita cerai saja”
“Mas, cukup……” aku tersentak bangun.
“Aku, ngak mau kita makin bertengkar cuma karena anak, mas aku sedih kamu berkata ingin pisah dari aku. Salah aku apa? Kurangnya aku apa? Mas ku yang ku sayang, dengar! aku memang ingin punya anak, ingin sekali mas, tapi anak itu datang dari kamu”
“Umur ku tak lama lagi dek, untuk apa kita bertahan?”
“Untuk apa aku bertahan, aku mencari ridho allah dengan menjadi istri buat mu mas, mencari surga duniawi bahkan surga akhirat mas”
“Dek, maaf kan mas. Mas kasar sama kamu, mas pergi tanpa memberi kabar” mas Bayu memeluk ku dengan erat dan penuh kasih sayang.
“Mas, 2 malam ini kamu kemana?” aku duduk kembali disampinya.
“Mas ngak kemana-mana. Mas jaga logistik dan mas menginap 2 hari disana”
“Mas, jangan pernah tinggalkan aku ya, aku sayang sama mas”
“Iya sayang ku, sudah malam, kita tidur ya”
Malam itu pertengkaran hebat masih kita bisa atasi tapi entah cobaan rumah tangga apa yang akan menanti esok hari. Tidak terasa sudah memasuki bulan ramadhan lagi dan puasa ramadhan awal kami menikah, mas bayu bertugas ke luar kota. Menjaga wilayah perbatasan Kalimantan. Jujur aku ngak sanggup kalau harus ditinggal pergi tugas tapi aku bisa apa itu sudah jadi tugasnya.
“Mas, ngak bisa diganti dengan yang lain” ujar ku sambil membereskan pakaian yang akan ia bawa.
“Dek, ini sudah tugas. Mas ngak bisa nolak”
“Tapi….”
“Tapi apa? mas janji akan pulang”
“Mas….”
“Apa dek?” hp berdering “Sebentar ya, mas angkat tlp”
Mas bayu mengangkat teleponnya dan tak biasanya dia keluar. Tapi aku tak sedikit pun curiga dan melanjutnya membereskan pakaiannya. Keesokan harinya habis subuh, mas bayu pergi dan aku ngak boleh mengatarnya karena alasan tidak diizinkan komandannya keluarga mengantar dan aku pun tak curiga.
Hingga suatu hari ada seorang wanita datang kerumah dan mengetuk pintu.
“Siapa?” aku keluar.
“Aa Bayunya ada?”
“Anda siapa? Ada perlu apa dengan suami saya” aku membukakan pintu dan dia masuk kedalam
“Saya Fia, saya pacar suami mbak?”
“Pacar suami saya?”
“Ya, mbak. Sudah 2 tahun kami pacaran, bahkan saat mbak pacaran dengan mas Bayu, dan akhirnya menikah”
Aku tidak bisa berkata apa-apa hanya duduk terdiam dan tak menyangka dengan ucapannya.
“Saya kesini, mau minta pertanggung jawabannya karena saya hamil”
Aku memandang perutnya sudah membumcit, mungkin usia kandungannya sudah lebih dari 7 bulan.
“Tapi suami saya sedang bertugas di Kalimantan”
“Bertugas, dia bohong mbak. Beberapa bulan ini dia menginap di kosan yang kami sewa, saya mau dia nikahkan saya”
“Tapi mbak yakin itu anak mas Bayu”
“Ya, ini anak mas Bayu. Ohhh mbak selama ini sudah di bodohi olehnya, dia pasti bilang kalau dia ngak bisa kasih mbak anak. Dia pernah bilang sama saya”
Aku sedih saat itu Hingga Fia melahirkan, dia tinggal dirumah kami dan mas Bayu kunjung pulang. Hp tidak pernah aktif. Tanpa aku sadari aku sedang mengandung 4 bulan dan aku tak merasa kalau aku sedang hamil. Tetangga makin lama makin menggosipkan rumah tangga kami dan buat aku tak tahan dengan semua ini dan pergi. Meninggalkan sepucuk surat yang suatu hari nanti akan dibaca suami aku.
Double Brace: Dear suami ku tercinta
Selama ini aku sudah cukup bersabar, dan menahan emosi aku. Kali ini aku sudah ngak sanggup mas. Maaf kalau aku harus pergi meninggalkan mu. Ada Fia disini dan anak kamu. Semoga kamu bahagia dengannya.
Dian istri mu
Malam minggu di bandara..
“Semangat banget nih, bakal pulang” ujar teman sesame lenting.
“Iya dong, kangen banget nih dengan istri tercinta”
Tibanya dirumah, suami ku kaget melihat fia ada dirumahnya.
“Fia, ngapain kamu disini, Dian mana?”
“Istri kamu pergi”
Fia mendekati Bayu dan mencoba merayunya dengan mengelus wajahnya dan melepaskan tas ransel yang ia bawa.
“Ia, sudah pergi, sudah tak ada halangan buat kita Aa”
“Apa-apan sih kamu” melepaskan tangannya yang terus menggerayang di tubuhnya.
“Udahlah Aa, lupakan dia, kan sekarang udah ada Fia, yang bisa temani Aa”
Bayu keluar rumah dan menghubungi salah satu temannya dan malam itu juga Fia keluar dari rumah bayu. Bayu masuk ke kamar dan menemukan sepucuk surat di letakan di meja dekat. Ia pun membacanya dan membuang surat itu.
 “Kenapa kamu pergi dek, kenapa ngak menunggu mas pulang”
Hari berganti hari hingga aku pulang, sampai di depan pagar rumah. Ku lihat motor suami ku, lampu yang masih menyala dan halaman depan yang sangat kotor penuh dengan sampah dan debu. Ku masuk perlahan dan menemukan suamiku tergeletak di lantai ruang tamu. Seketika aku terdiam dan jatuhkan tas yang ku bawa.
“Mas, mas bangun, aku pulang” ujarku. Ku menangis terisak-isak.
Aku memanggil tetangga dan membawa suami ku kerumah sakit. 1 jam suami ku dibawa keruang ICU dan keluar dokter yang memeriksanya.
“Istri pak Bayu”
“Ya saya istrinya, suami saya kenapa ya dok, wajahnya pucat pasi”
“Suami ibu mengalami dehidrasi ditambah dengan ginjalnya yang bermasalah”
Aku terjatuh di lantai dan menangis tanpa henti. “Bangun bu, tidak perlu khawatir, suami ibu sudah melewati masa kritisnya, hanya menunggu ia sadar, suami ibu akan di pindahkan keruang rawat”
Aku duduk di samping ia terbaring, memegang tangannya dan menatap wajahnya. Sungguh menyesal aku pergi meninggalkannya. Sungguh bodohnya aku ini. Tak lama suami ku membuka mata dan berkata “Dian”
“Mas, kamu sudah sadar”
Ia membuka matanya dan tersenyum “Apa aku bermimpi?, Dian jangan pergi, jangan pergi”
Ku genggam erat tangannya “Ngak mas, aku ngak akan pergi, aku disini, kembali di sisimu” ku peluk ia dan menangis.
“Jangan nangis sayang, mas ngak apa-apa?” bujuknya.
Ia lepaskan pelukanku tapi aku menolak “Aku ngak mau”
“Dek, mas tau apa yang kamu mau, tapi dada mas sakit” ku langsung tersentak dan tak memeluknya lagi.
“Mas, coba rasakan” aku mengambil tangannya dan letakan di perut ku.
“Kamu hamil dek” aku hanya menganggukan kepala. “Ya, aku hamil mas. Sudah mau masuk lima bulan”
Tiga hari di rumah sakit, suami ku akhirnya bisa dipulangkan. Kondisinya semakin membaik apalagi dengan kehadiran baby yang ada di rahim ku. Ia sangat menjaga aku, ia tak mengizinkan aku melakukan aktivitas berat seperti mencuci, menyapu apalagi membersihkan lantai, semua dilakukan olehnya bahkan menajga pola makan ku. Di usia kandungan 9 bulan aku lebih sering latihan jalan dan malam harinya.
“Dek, mas mau tanya, selama ini kemana?”
“Pergi, setelah kejadian fia datang dan mengaku ia hamil oleh mu, aku sedih dan bahkan membiarkannya tinggal disini. Tapi sekarang aku tau semuanya bohong”
“Tau dari mana si istri ku ini”
“Hmmm ada dehh…”
“Ikhh nakal ya sekarang….” Ia menggelitikku hingga aku kegelian dan tiba-tiba perut ku sakit yang tak seperti biasanya.
Suami ku langsung sigap dan membawa ku ke bidan dekat rumah, karena ku mengalami pendaharan. Tiga jam di dalam ruang bersalin dan akhirnya terdengar suara tangisan bayi. Hari itu hari yang sangat bahagia buat kami bertiga, kelahiran putra pertama di hari pernikahan kami dan di hari kami jadian. Nama untuk putra kami Abdila Ditya Permana.

“Hidup ini hanya sekali, jangan pernah kamu sia-siakan dan jangan lah kamu mudah percaya begitu saja dengan omongan orang yang mengatakan hal buruk terhadapmu, terhadap keluargamu ataupun terhadap rumah tanggamu yang dapat merusak segalanya”
End

Writer
Triana Rosiati





Sabtu, 02 Maret 2013

Biar Menjadi kenangan


Biar Menjadi Kenangan

Ini hari yang tak ku sangka. Aku lulus dan mendapat gelar S1 Ekonomi salah satu universitas swasta di jakarta. Ini menjadi impian aku selama ini, selama 4 tahun aku berjuang bersama-sama teman-teman dan sahabat ku untuk meraih impian ini dan tak lupa kekasih ku.
Tapi selang beberapa hari, kekasihku Aldi pergi meninggalkan ku dan entah kemana ia pergi. Pembantu rumahnya pun juga tak tau kemana Aldi pergi. Dia menghilang begitu saja tanpa pesan.
Aku bingung harus mencari kemana lagi dan tanpa ku sangka aku mendapat kiriman undangan pernikahan. Ternyata undangan itu dari Aldi. Aku kaget setengah mati, begitu teganya Aldi mengkhianati aku. Aku setia menunggunya. Lebih 4 tahun aku bersamanya. Ini yang dinamakan cinta. Aldi selalu bilang “Ara.... Aku mau kita sama-sama meraih S1 dan setelah itu kita akan tunangan jika kamu tak mau terburu-buru menikah” dan aku selalu berkata “Aku janji tuk setia padamu, takkan ada pria dihatiku selain dirimu”
“Kiara kenapa kamu menangis setelah membaca undangan pernikahan. Memang dari siapa?” Ara memberikan undangan itu ke mama dan dengan tatapan kosong dan matanya berlinang air mata.
Aku ngak tau harus berbuat apa lagi. Hanya tangis yang aku bisa lakukan saat itu. Setelah membaca undangan tersebut, mama memelukku dengan hangat dan diusapkan punggung ku.
“Sudah Ara, jangan kau tangisi lagi. Semua sudah terjadi. Aldi memang bukan Pria yang Allah berikan untukmu. Lupakan dia, masih banyak pria diluar sana yang menanti dirimu” Mama menghapus air mata yang membasahi pipiku dengan lembut dan kasih sayang.
Mama tau betapa sakitnya hati anaknya itu tapi mama ngak bisa apa-apa. Mama ingin menghentikan pernikahan Aldi. Itu tak mungkin ia lakukan. Hari pernikahan Aldi tinggal seminggu lagi.

ΩΩΩΩ
Aldi mengajak Kiara pergi ke Sakura Japanese Restaurant dijakarta selatan tepatnya di Jl. RA kartini TB Simatupang.
“Kiara sebentar lagi kita akan wisuda. Gimana perasaanmu”
“Perasaan ku, perlu tau” ujarnya dengan manja dan senyuman manis dibibirnya.
“Aku tau bagaimana persaanmu. Kamu bahagiakan. Hayo ngaku. Kamu ngak bisa bohong sama aku Ara”
Ara menundukkan kepalanya dan tersipu malu. Pipinya berubah merah. Aldi mengangkat dagu Ara dan mengecup kening Ara. Bertambah merahlah pipi Ara.
“Ara. Nanti setelah lulus wisuda ada yang ingin ku katakan padamu”
“Apa?”
“Nanti ya setelah kita sama-sama diwisuda baru aku kasih tau”
“Apa.... jangan bikin aku penasaran seperti ini”
Pelayan datang membawakan makanan. “Ini mas, mba pesanannya. 1 Bento dan Gozen, 1 Sashimi, 1 Nagiri Sushi dan 2 ice Lemon tea”
“Ada yang bisa kami bantu lagi” ujar manajer restaurant dengan harapan kami butuh bantuan mereka.
“Tak usah terimah kasih” ujar Aldi yang ingin pelayan dan manajer itu pergi. Ia tak ingin makan berdua dengan Ara tanpa gangguan siapa pun. Karena ini akan menjadi makan malam terkakhir buatnya tapi Ara tak tau akan hal itu.
Setelah makan malam. Aldi mengantar Ara sampai depan rumah dan karena sudah malam. Aldi tak masuk. Aldi menggenggam kedua tangan sangat erat, Ara merasa ini tak biasanya Aldi lakukan padanya. Aldi menatap Ara dan tiba-tiba memeluk Ara, Di dekapnya Ara dengan erat dan lembut. Serasa tak ingin kehilangannya lagi.
“Aldi....”
“Izinkan aku memelukmu sebentar saja”
Ara hanya pasra dan membiarkannya. Ada sesuatu yang ganjil dan Ara tak tau apa itu. Ara jadi takut apa yang dilakukan Aldi padanya malam ini. “Apa ada sesuatu yang disembunyikannya. Apa Aldi sakit, atau Aldi akan pergi”
Aldi melepaskan pelukannya “Masuklah. Aku akan pergi setelah kamu masuk”
“Kamu kenapa Aldi, ada yang kamu sembunyikan dari aku, katakanlah!. Jangan bohongi aku, aku tau ada sesuatu hal yang membuat kamu seperti ini. Katankanlah!”
“Masuklah Ara. Ini sudah malam. Angin malam tak baik buat kesehatan”
“Aku ngak akan masuk sebelum....” Aldi keburu mencium kening Ara dan Ara pun luluh.
“Baiklah aku masuk, kamu baik-baik saja kan” dikatakannya sekali lagi tuk meyakinkan hatinya.
“Ya kamu tak usah khawatirkan aku”
Ara pun masuk dengan rasa penasaran di pikiran dan hatinya. Ara tersenyum dan heran apa yang dilakukan Aldi padanya hari ini. Aldi pun meninggalkan rumah Ara setelah Ara masuk. Mama dan papa Ara pun heran melihat tingkah Putrinya yang senyum ngak jelas dan langsung masuk kekamar.
ΩΩΩΩ
Hari pernikahan Aldi pun tiba. Awalnya Ara tak mau datang tapi setelah mama menguatkan hati Ara. Ara pun datang walau ini sangat berat untuknya. Ara datang dengan Gaun putih sepanjang lutut, Highhell berwarna Silver setinggi 9 cm, asesories yang sepadan dengan gaun, dan Rambut yang di gerai bergelombang serta assesories rambut. Semua mata tertuju pada Ara saat Ara memasuki loby gedung dan ada yang berpikir Ara calon istri Aldi.
“Itu istri Aldi, wah cantik sekali...” ujar Wanita dengan gaun Merah menyala.
“Memang itu istri Aldi, wah Aldi sangat beruntung mendapatkanya” ujar teman wanita itu.
“Dia bukan Istri Aldi, itu Istri Aldi” seorang pria menunjuk kearah loby dan keluarlah Istri Aldi dari Mobil dengan Gaun hijau muda. Tinggi semampai seperti model.
“Saya pikir Wanita itu....” Wabita bergaun Merah menengguk minuman yang ada ditangannya.
Tempat pesta yang sangat megah dengan ornamen bunga disetiap sudut dan dengan nuasa Putih berpaduan Hijau serasa sangat sejuk dan damai dan ada taman dibekalang tempat pesta. Ara teringat, “Inikan tempat yang Ara ingin saat Ara menikah dengan Aldi kelak, tapi kenapa Aldi membuat tempat pesta ini.
” Ara...” ujar Aldi.
“Aldi....”
“Aku pikir kamu tak akan datang karena kamu kecewa dengan ku”
“Aku memang kecewa Aldi, kamu tega mengkhianati aku. Kamu mengkhianati cinta kita” Ujar Ara dalam hatinya ingin rasanya ia ungkapkan isi hatinya yang telah hancur.
“Ngak, buat apa kecewa. Aku ikut bahagia bila kamu bahagia. Aku senang, aku bahagia” Ujar Ara dengan tegas.
“Jangan bohongin aku Ara, aku tau kamu sedih dan kecewa dengan semua ini. Aku bisa melihat itu, jelas dari matamu”
“Aldi cukup.....” Ara memalingkan wajahnya, Aldi meraih tangan Ara, Aldi tak ingin Ara pergi lagi  “Sudah cukup Aldi, kini kamu telah menjadi milik orang lain, kau sudah menikah, lupakan aku, itu yang terbaik” Ara menatap wajah Aldi dan tersenyum untuk menutupi rasa sedihnya. Ara pergi meninggalkan Aldi.
ΩΩΩΩ
Sebulan kemudian. Ara pun keluar rumah, setelah hari pernikahan Aldi, Ara tak pernah keluar rumah, keluar kamar pun tidak. Ara hanya menangis dan hanya menangis yang ia lakukan selama seminggu. Ara seperti mayat hidup saat itu. Setelah mama mengajaknya bicara dan memberi semangat. Kini Ara sudah tegar dan menerima semua keadaan. Kini Ara Ikhlas menerima ini semua. Ara bertekat pada dirinya. Ia harus melihat kedepan dan mengubur masa lalunya. Semua hanya menjadi kenangan. Biar menjadi kenangan. Ara pergi ke taman dekat komplek perumahan di Pondok Indah. Ara duduk dibangku taman, Ara tersenyum bahagia. Sudah lama ia tak merasakan sebahagia ini. Aldi datang, ia hanya bisa melihat dari kejauhan. Ia tak ingin menyakiti hati Kiara lagi. Ara menengok kebelakang, Ara merasa ada yang sedang memperhatikannya. Aldi bersembunyi dibelakang pohon besar.
“Sepertinya aku melihat Aldi. Tapi mungkin itu hanya perasaan ku saja”
Aldi mendekati Kiara “Ara....” Aldi pun duduk disamping Ara.
“Aldi.....”
“Itu bukan persaanmu saja. Aku memang sudah lama memperhatikan mu. Aku hanya ingin melihat kondisimu. Aku tau dari mama mu, selama ini kamu mengurung dikamar. Kamu kenapa Ara? Mau kah kamu berbagi bersama ku”
“Untuk apa? Tidak ada gunanya lagi Aldi” Ara bangun dan pergi meninggalkan Aldi.
“Ara tunggu” Ara pun berhenti. Aldi meraih tangannya dan memeluk Ara.
“Jangan seperti ini Ara. Aku sakit bila kamu seperti ini. Aku sayang sama kamu. Aku masih cinta sama kamu sampai kapan pun” Ara melepaskan pelukan Aldi.
“Kamu sudah milik orang lain Aldi. Lupakan aku. Aku bahagia. Aku bisa hidup tanpa mu” Aldi pun mendekap Ara kepelukannya. “Lepaskan aku Aldi” Ara meneteskan air mata. Ditatap mata Ara oleh Aldi dan dihapus air mata dengan lembut.
“Kamu jangan bohongin hatimu Ara. Aku tau kamu sedih, kamu hancur”
“Sudah cukup Aldi, sudah...”
“Ara, Aku hancur sama seperti kamu” Ara menatap wajah Aldi.
“Kamu ingat saat dua hari setelah kamu diwisuda. Kamu kemana? Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Kamu pergi menghilang begitu saja, tanpa ada kabar, handphone kamu ngak aktif. Rumah kamu kosong, kamu ingat itu Ara. Aku bingung, aku harus mencari kamu kemana lagi” Ara pun terdiam membisu. Ara pun teringat akan hal itu.
ΩΩΩΩ
“Sebentar ma, lagi angkat telephone dulu”
Mama Kiara menggerundel dibelakang. Ara sedang telephone dengan Aldi.
“Maaf ya Aldi, biasa mama”
“Ara... bisa kita ketemu hari ini”
“Hari ini... ada apa?”
“Ada yang ingin aku sampaikan padamu”
“Ngak bisa lewat telephone saja Al”
“Aku perlu bicara langsung dengan mu”
Mama Kiara langsung mengambil Hanphone Kiara dan membawa handphone Kiara keluar. Ara pun pergi bersama orang tuanya. Pembantu Kiara pun juga diajak. Keluarga besar Kiara yang ada dibandung, ingin merayakan kelulusan Kiara. Mau tak mau Kiara pun mengikuti apa keinginan keluarga besarnya. Ini semua sudah menjadi tradisi keluarga besar Kiara.
Aldi datang kerumah Kiara dengan motor Ninja hijau. Aldi menghubungi Kiara sebelum mengebel rumah Kiara tapi handphone Kiara tak aktif. Selama tiga hari Aldi kerumah Kiara tapi Kiara tetap tak ada. Tetangga Kiara pun juga tak tau kemana kelurga Kiara pergi. Salah satu tetangganya tau.
“Cari siapa mas, dari kemaren datang kesini terus?”
“Mba tau, Kiara kemana?”
“Oh... semua orang yang tinggal disini pergi mas, saya liat sih bawa koper terus dimasukin ke mobil”
“Mba tau kemana?”
“Wah maaf mas, saya kurang tau”
“Makasih ya mba” Aldi pulang dengan rasa kecewa.
Saat itu Aldi tak ada yang bisa ia lakukan selain mengikuti keinginan mamanya untuk menikah dengan anak teman SMA mamanya. Aldi telah di jodohkan sejak Aldi lahir. Aldi pun memutuskan tuk mengikuti keingan mamanya itu. Awalnya Aldi ingin membawa Ara kerumahnya dan membatalkan pernikahannya. Dan kalau mamanya tak setuju Aldi akan nekat kawin lari dengan Ara. Tapi Ara tak kunjung datang.
ΩΩΩΩ
“Maafkan aku Aldi” Ara meneteskan air mata.
“Ini bukan sepenuhnya salahmu, aku yang tak tegas menjadi pria. Seharusnya aku lebih bersabar menunggu kamu pulang dan semua ini takkan terjadi” Aldi merasa sangat bersalah dan memukul dadanya “Jangan kau pukul dadamu Aldi” Ara meraih tangan Aldi dan menggengamnya lama sekali.
“Tapi Aldi, dapatkan waktu kita putar. Takdir memang tak menyatukan kita, kita memang tak jodoh. Sudahlah....” Ara pun tersenyum lebar.
“Kamu memang wanita yang kuat Ara. Aku bangga pernah mengenalmu”
“Kamu juga Aldi, kamu pria yang baik buat aku. Kamu telah memberikan aku arti sebuah Cinta. Cinta yang Indah”
Mereka pun tertawa bahagia. Aldi membelikan Eskrim untuk Ara dan untuknya. Mereka bahagia walau mereka tak bersatu. Ara dan Aldi pun mengenang masa lalu mereka dan menghabiskan waktu seharian.
Cinta memang aneh, Cinta memang tak pakai logika, Cinta datang dan pergi seiring berjalannya waktu, Cinta sulit tuk ditebak, Cinta memang tak harus bersatu dan tak harus saling memilki, Cinta itu sangat indah walau rasanya pahit, Cinta oh Cinta........
Buat ku Cinta itu unik dan rasanya manis lebih manis dari kembang gula....

Selasa, 24 April 2012

Gara-Gara Ingin Naik Pangkat Malah Jatuh Cinta-part 3


Gara-Gara Ingin Naik Pangkat Malah Jatuh Cinta
Part 3
Entah kenapa sejak bertemu kedua orang tua Dhimas, Tiara merasa nyaman. Tiara sering curhat dengan ibunda Dhimas, semua rasa yang ia rasakan selalu Tiara curahkan padanya. Tiara sering nangis. Bahkan ibunda Dhimas senang sering didatangkan Tiara. Ibunda Dhimas berharap Tiara yang akan menjadi Istri Dhimas kelak. Tapi semua tak mungkin. Tiara hanya cinta kepada kakanya sendiri sedangkan Dhimas telah memiliki Kasih, pacarnya sejak SMA di palembang.
Suatu hari saat Tiara main ke tempat apartemenya yang mana telah ditempati kedua orang tua Dhimas. Dengan wajah yang ceria, Tiara datang dan membawa sekotak kue yang Tiara beli di Toko kue favoritenya. Saat Tiara datang dan masuk. Tiara terdiam saat melihat ada Kasih yang sedang masak bersama ibu. Saat Tiara membalikan badanya untuk pergi, ibu Dhimas memanggil.
“Tiara, mau kemana nak”
“Eh ibu, assalamualaikum” ujar Tiara yang juga mencium tangan ibu.
Tiara memanggil kedua orang tua Dhimas dengan sebutan ibu dan bapak dan bahkan mereka telah mengangap Tiara seperti anak mereka sendiri.
“Ada Tiara, masuk kog enak banget ya, ngak ketuk pintu dulu, kaya rumahnya sendiri aja” sindir Kasih.
“Kasih, jangan bicara seperti itu kepada Tiara, ini apartement Tiara yang punya, ibu numpang di rumahnya”
“Ngak apa-apa kog bu”
“Oh ya bu, Ini Tiara bawakan kue untuk ibu sama bapak”
“Ya ampun nak, jadi merepotkan kamu”
“Ngak apa-pa kog bu, ngak merepotkan Tiara kog, ibukan udah seperti mama Tiara”
Kasih merasa tersaingin dengan kedatangan Tiara yang kasih anggap itu sebagai ancaman yang sangat besar untuknya. Kasih semakin hari semakin membuat Tiara kesal, ia mencoba mendekati ka Dika, dan membuat Tiara cemburu. Kasih tak sadar itu malah membuat hubungannya dengan Dhimas semakin memanas. Dhimas marah dengan Sikap Kasih. Hingga saat ada acara ulang tahun Tiara yang dirayakan sangat besar-besaran pada tanggal 15 maret 2012 dan sangat meriah bahkan mengundang banyak wartawan. Dhimas mengatakan.......
“Aku mencintaimu Tiara”
Didepan banyak orang Dhimas mengatakan itu dan tak hanya itu ia memegang kedua tangan Tiara dan berkata “Tiara kita menikah” kata-kata itu membuat Tiara shock dan kaget dan tak bisa berkata apa-apa lagi. Kasih pun shock juga mendengarnya.
Ka Dika melindungi ku dari banyak wartawan dan membawa ku masuk kedalam rumah bersama Dhimas pun juga masuk kedalam. Setelah acara selesai papa mengumpulkan semua termasuk Dhimas dan keluarga.
“Maksud kamu apa Dhimas mengatakan itu didepan banyak orang”
“Kalau memang saya ingin melamar anak bapak, boleh kah”
“Tidak segampang itu Dhimas” ujar Mama Tiara.
“Baik pa, Saya selaku ayah dari Dhimas, minta maaf kepada Tiara dan Keluarga atas sikap anak saya yang membuat acara ulang tahun Tiara berantakan. Nanti saya dan keluarga akan datang dengan baik-baik untuk melamar Tiara”
Tiara Hanya bisa diam, tak ada yang bisa ia katakan. Tiba-tiba Tiara pinsan dan hidungnya mengeluarkan darah. Tiara pun dibawa kekamar. Dhimas dan keluaganya pun pulang dan Tiara tak ditangani sendiri.
Dua minggu kemudian, keluarga besar Dhimas datang dengan maksud untuk melamar Tiara. Dan kabar baiknya, papa, mama dan ka Dika pun telah berunding untuk menerima lamaran tersebut. Setelah semua setuju, acara pernikahan pun akan segera dilaksanakan.
ΩΩΩΩ
02 juni 2012
Pernikahan Tiara dan Dhimas pun dilaksanakan. Acara ijab kabul pun dilaksanakan jam 08.00 pagi. Semua keluarga besar Tiara dan Keluarga besar Dhimas yang dari palembang pun juga datang. Acara ijan dan kabul pun terlaksana dengan baik dan lancar. Hari ini Tiara resmi menjadi istri Dhimas begitu juga dengan Dhimas telah resmi jadi suami Tiara, baik secara islam maupun dari pemerintah.
Pernikahan Tiara dan Dhimas begitu mendadak dan mendesak. Dengan kondisi Tiara yang semakin hari semakin parah, tapi Tiara tak tau dengan kondisi yang kini ia derita. Hanya Dhimas dan Dika saja yang tau. Dhimas melakukan ini juga karena terpaksa, melihat kondisi Tiara. Dimana terakhir Dhimas melihat Tiara masuk ke dalam ICU dan kondisinya sangat kritis.
Empat bulan kemudian rahasia terbesar pun terbongkar.
“Apa aku menderita Leukimia dan udah stadium 3” ujar Tiara dalam hati dengan melihat hasil lab yang Tiara tak sengaja ketemu di rak buku milik ka Dika  dan saat itu Tiara sedang mencari buku.
Dika masuk kekamar karena kelamaan menunggu Tiara yang tak kunjung kembali.
“Tiara, kamu lama sekali mencari bukunya” ujar Dhimas yang langsung masuk kekamar dan kaget melihat Tiara yang memegang hasil lab.
“Ka, kenapa kakak sembunyikan ini dari Tiara”
“Maaf kan kakak Tiara, kakak tidak ingin kamu terluka”
Hidung Tiara pun mengeluarkan darah, kini darahnya tak setetes tapi sangat banyak. Tiara tutup hidungnya dengan tangannya dan melihat darah yang terus keluar, Tiara hanya diam dan jatuh pinsan.
Dika pun langsung membawa Tiara kerumah sakit dan menghubungi Dhimas, suami Tiara yang sedang kerja di kantor TNI. Mama dan Papa Tiara sedang tak ada di rumah, mereka sedang berlibur ke makasar sekaligus dinas keluar kota.
Tiara langsung dibawa keruang UGD dan jantungnya sedang dipacu oleh dokter. Karena terlalu banyak darah yang keluar, Tiara tak sadarkan diri bahkan jantungnya berhenti. Dhimas datang.
“Bagaimana kondisi Tiara kini”
“Tiara kritis”
“Kog bisa Dika”
“Tiara sudah tau semuanya Dhimas”
“Tiara sudah tau semuanya”
“Ya sekarang keputusan ada ditangan kamu Dhimas, Tiara sangat membutuhkan kamu saat ini dari pada aku. Jaga dia dan jangan kamu tinggal kan dia”
“Baik, aku akan jaga Tiara”
“Kamu ngak usah khawatir masalah biaya rumah sakit, biar saya yang urus semuanya. Tugasmu hanya menjaga Tiara saja”
Dokter pun keluar dengan raut wajah yang kurang menyenangkan.
“Dokter bagaimana dengan Tiara, adik saya” ujar Dika.
“Ia Dok” ujar Dhimas.
“Kini kondisi Tiara sudah sangat parah, jalan satu-satunya hanya operasi”
“Operasi dok??” ujar Dika yang bingung.
“Ia Operasi yang saya maksud adalah Tiara harus melaksanakan pencangkokkan sumsung tulang belakang. Hanya itu cara yang dapat membuat ia sembuh dan normal seperti biasa”
Mama dan papa Tiara pulang kerumah. Melihat kondisi rumah yang sangat sepi tak ada orang, membuat mereka bingung.
“Anak-anak kemana ya pa?”
“Ia ya ma, rumah sangat sepi”
“Bi Mina.......” ujar Mama Tiara.
“Ia bu.....”
“Ibu sama bapak baru pulang, maaf ya bu, saya lagi menjemur pakaian diatas jadi ngak tau ibu sama bapak pulang”
“Ya sudah ngak apa-apa? Anak-anak kemana? Tiara biasanya sambut mamanya kalau baru pulang”
“Ibu ngak tau Non Tiara kan sekarang dirumah sakit, hidungnya berdarah bu”
“Kamu serius Mina”
“Ia pak? Tadi dibawa sama Den Dhimas dan Den Dika”
“Pa kita harus kerumah sakit sekarang”
“Ia ma!”
“Bi bawa barang-barang masuk kekamar ya”
“Baik bu”
Pak Wijaya beserta Bu Ani (Kedua orang tau Tiara dan Dika). Langsung kerumah sakit, Bu Ani sangat cemas dan terus uring-uringan. Akhirnya 1 jam perjalanan dari rumah menuju rumah sakit, Pak Wijaya dan Bu Ani pun tiba. Ibu Ani melihat Dika yang sedang mengurus adiministrasi.
“Dika????????????????”
“Mama, Papa!!!!!!!!!!!!!!”
“Dika,,,,,, Tiara bagaimana, sekarang ada dimana?”
“Tiara sekarang di ruang ICU mah, kondisinya sangat parah, kini hanya bantuan alat yang membuat Tiara masih hidup ma, kalau alat itu dilepas Tiara pergi dari kita Ma”
“Antar kan mamamu ketempat Tiara sekarang Dika”
“Baik pa, Tunggu sebentar masih harus urus administrasi”
“Udah kamu antarkan Mama mu, biar ini papa yang urus”
Dika mengantar Mama ketempat Tiara dirawat. Lantai 5 Tiara dirawat dan selama ini tak ada yang boleh masuk, hanya boleh liat dari luar pintu.
“Ma, jangan masuk, Dokter melarang kita masuk”
“Tapi Dika, mama harus melihat Tiara dengan dekat, Mama ngak tega lihat Tiara seperti ini”
“Maaf, ibunya Tiara ya?”
“Ia Dok, saya ibunya Tiara”
“Begini bu, melihat Kondisi Tiara yang semakin parah, kami tak menginjkan orang luar untuk masuk kedalam ruangan. Meskipun ibu adalah ibunya Tiara, sekali maaf ya bu. Saya mengerti apa yang ibu rasakan”
Tiara sadar, jari-jarinya bergerak dan memanggil “Ka Dika, Ka Dika dimana?”
“Dok Mohon kesini!” Ujar Suster yang lagi memeriksa kondisi Tiara.
“Tunggu sebentar ya”
Tak lama Dokter masuk, Dokter pun keluar dan berkata “Yang namanya Dika mana?’
“Saya Dika Dok”
“Pasien ingin bertemu dengan anda”
“Mas Dika, pakain ini dulu ya” ujar Suster.
Dika memakai masker, sarung tangan, dan baju khusus. Dika pun masuk.
“Kakak, Tiara kangen sama kakak, Tiara sayang sama kakak. Tapi kenapa kita tak bisa bersatu kak, apa karena Tiara adik kakak”
Tiara sesak nafas, dan Dika pun keluar. Tak hanya sesak nafas, keluar darah dari mulutnya dan sangat banyak. Keluarganya pun akhirnya diperbolehkan masuk.
“Mas Dika, ibu, bapak dan Mas Dhimas, harus sabar ya melihat kondisi Tiara. Tiara sudah tak bisa diselamatkan lagi. Sudah terlalu banyak darah yang dikeluarkan dari mulutnya. Jadi harus di ikhlaskan”
Semunya masuk dan Tiara membisikkan satu-satu kata terakhir untuk semuanya.
Pertama Mama “Ma, jangan nangis kalau Tiara pergi tinggalkan Mama. Tiara sayang sama Mama. Anggap Dhimas seperti anak mama ya”
Kedua Papa “Pa jaga mama ya, jangan sampai mama nangis karena Tiara pergi. Tiara sayang papa. Love you so much”
Ketiga Dhimas “Dhimas terima kasih, kamu sudah mau jadi suami aku, maaf kalau selama aku jadi istri kamu, aku selalu buat kamu kecewa, setelah aku pergi, carilah Kasih, cintailah dia, aku doakan kamu bahagia dengannya”
Dan yang terakhir Dika “Ka, Tiara ingin kakak ucapkan sayang dan cinta sama Tiara ditelinga Tiara sekarang”
“Tiara, adik ku yang kakak sayang dan kakak Cinta, sangat berat kakak tinggalkan kamu, tapi kamu harus tau sampai kapan pun kamu ada selalu dihati kaka, Love you Tiara”
Tiara menghela nafasnya terkahir setelah mendengar kata-kata dari Dika.
02 oktober 2012
Empat bulan kemudian, Dika mendapatkan kirimiman paket. Didalamnya terdapat sebuah CD player dan Dika membuka di Laptop. Dika meneteskan air mata setelah melihat vidio yang dibuat Tiara di Korea. Semua aktivitas Tiara di korea hingga Tiara juga mengungkapkan isi hatinya kepada Dika. Sungguh cinta Tiara kepada Dika, dan di ending vidio Tiara, Tiara berkata “Ka mungkin setelah kakak liat vidio ini kakak sudah tak lihat Tiara lagi, sudah lama Tiara sakit, semenjak semester 7 di korea, Tiara sudah mulai sakit dan selama dijakarta nanti Tiara akan menjalankan Terapi sampai maut memisahkan jiwa dan raga Tiara ka. Tiara Cinta sama kakak, Tiara ingin sekali disisa hidup Tiara bersama kakak”
“Tiara dimana pun kamu berada sekarang, kakak sadar kalau selama ini. Kakak ngak tau kalau kamu mencintai kakak sampai seperti itu. I love you Tiara”
Tiba-tiba jendela kamar Dika terbuka dengan sendirinya dan angin kencang masuk kedalam kamarnya. Dika melihat Tiara melambaikan tanganya dan tersenyum. Lalu jendela kamar Dika tertutup kembali.
“Cinta datang kapan pun, tak ada yang tau kapan cinta itu datang dan kapan cinta itu pergi. Yakinlah kalau cinta itu ada dalam hati mu, dalam hatinya dan dalam hati ku”



      End