Selasa, 24 April 2012

Gara-Gara Ingin Naik Pangkat Malah Jatuh Cinta-part 3


Gara-Gara Ingin Naik Pangkat Malah Jatuh Cinta
Part 3
Entah kenapa sejak bertemu kedua orang tua Dhimas, Tiara merasa nyaman. Tiara sering curhat dengan ibunda Dhimas, semua rasa yang ia rasakan selalu Tiara curahkan padanya. Tiara sering nangis. Bahkan ibunda Dhimas senang sering didatangkan Tiara. Ibunda Dhimas berharap Tiara yang akan menjadi Istri Dhimas kelak. Tapi semua tak mungkin. Tiara hanya cinta kepada kakanya sendiri sedangkan Dhimas telah memiliki Kasih, pacarnya sejak SMA di palembang.
Suatu hari saat Tiara main ke tempat apartemenya yang mana telah ditempati kedua orang tua Dhimas. Dengan wajah yang ceria, Tiara datang dan membawa sekotak kue yang Tiara beli di Toko kue favoritenya. Saat Tiara datang dan masuk. Tiara terdiam saat melihat ada Kasih yang sedang masak bersama ibu. Saat Tiara membalikan badanya untuk pergi, ibu Dhimas memanggil.
“Tiara, mau kemana nak”
“Eh ibu, assalamualaikum” ujar Tiara yang juga mencium tangan ibu.
Tiara memanggil kedua orang tua Dhimas dengan sebutan ibu dan bapak dan bahkan mereka telah mengangap Tiara seperti anak mereka sendiri.
“Ada Tiara, masuk kog enak banget ya, ngak ketuk pintu dulu, kaya rumahnya sendiri aja” sindir Kasih.
“Kasih, jangan bicara seperti itu kepada Tiara, ini apartement Tiara yang punya, ibu numpang di rumahnya”
“Ngak apa-apa kog bu”
“Oh ya bu, Ini Tiara bawakan kue untuk ibu sama bapak”
“Ya ampun nak, jadi merepotkan kamu”
“Ngak apa-pa kog bu, ngak merepotkan Tiara kog, ibukan udah seperti mama Tiara”
Kasih merasa tersaingin dengan kedatangan Tiara yang kasih anggap itu sebagai ancaman yang sangat besar untuknya. Kasih semakin hari semakin membuat Tiara kesal, ia mencoba mendekati ka Dika, dan membuat Tiara cemburu. Kasih tak sadar itu malah membuat hubungannya dengan Dhimas semakin memanas. Dhimas marah dengan Sikap Kasih. Hingga saat ada acara ulang tahun Tiara yang dirayakan sangat besar-besaran pada tanggal 15 maret 2012 dan sangat meriah bahkan mengundang banyak wartawan. Dhimas mengatakan.......
“Aku mencintaimu Tiara”
Didepan banyak orang Dhimas mengatakan itu dan tak hanya itu ia memegang kedua tangan Tiara dan berkata “Tiara kita menikah” kata-kata itu membuat Tiara shock dan kaget dan tak bisa berkata apa-apa lagi. Kasih pun shock juga mendengarnya.
Ka Dika melindungi ku dari banyak wartawan dan membawa ku masuk kedalam rumah bersama Dhimas pun juga masuk kedalam. Setelah acara selesai papa mengumpulkan semua termasuk Dhimas dan keluarga.
“Maksud kamu apa Dhimas mengatakan itu didepan banyak orang”
“Kalau memang saya ingin melamar anak bapak, boleh kah”
“Tidak segampang itu Dhimas” ujar Mama Tiara.
“Baik pa, Saya selaku ayah dari Dhimas, minta maaf kepada Tiara dan Keluarga atas sikap anak saya yang membuat acara ulang tahun Tiara berantakan. Nanti saya dan keluarga akan datang dengan baik-baik untuk melamar Tiara”
Tiara Hanya bisa diam, tak ada yang bisa ia katakan. Tiba-tiba Tiara pinsan dan hidungnya mengeluarkan darah. Tiara pun dibawa kekamar. Dhimas dan keluaganya pun pulang dan Tiara tak ditangani sendiri.
Dua minggu kemudian, keluarga besar Dhimas datang dengan maksud untuk melamar Tiara. Dan kabar baiknya, papa, mama dan ka Dika pun telah berunding untuk menerima lamaran tersebut. Setelah semua setuju, acara pernikahan pun akan segera dilaksanakan.
ΩΩΩΩ
02 juni 2012
Pernikahan Tiara dan Dhimas pun dilaksanakan. Acara ijab kabul pun dilaksanakan jam 08.00 pagi. Semua keluarga besar Tiara dan Keluarga besar Dhimas yang dari palembang pun juga datang. Acara ijan dan kabul pun terlaksana dengan baik dan lancar. Hari ini Tiara resmi menjadi istri Dhimas begitu juga dengan Dhimas telah resmi jadi suami Tiara, baik secara islam maupun dari pemerintah.
Pernikahan Tiara dan Dhimas begitu mendadak dan mendesak. Dengan kondisi Tiara yang semakin hari semakin parah, tapi Tiara tak tau dengan kondisi yang kini ia derita. Hanya Dhimas dan Dika saja yang tau. Dhimas melakukan ini juga karena terpaksa, melihat kondisi Tiara. Dimana terakhir Dhimas melihat Tiara masuk ke dalam ICU dan kondisinya sangat kritis.
Empat bulan kemudian rahasia terbesar pun terbongkar.
“Apa aku menderita Leukimia dan udah stadium 3” ujar Tiara dalam hati dengan melihat hasil lab yang Tiara tak sengaja ketemu di rak buku milik ka Dika  dan saat itu Tiara sedang mencari buku.
Dika masuk kekamar karena kelamaan menunggu Tiara yang tak kunjung kembali.
“Tiara, kamu lama sekali mencari bukunya” ujar Dhimas yang langsung masuk kekamar dan kaget melihat Tiara yang memegang hasil lab.
“Ka, kenapa kakak sembunyikan ini dari Tiara”
“Maaf kan kakak Tiara, kakak tidak ingin kamu terluka”
Hidung Tiara pun mengeluarkan darah, kini darahnya tak setetes tapi sangat banyak. Tiara tutup hidungnya dengan tangannya dan melihat darah yang terus keluar, Tiara hanya diam dan jatuh pinsan.
Dika pun langsung membawa Tiara kerumah sakit dan menghubungi Dhimas, suami Tiara yang sedang kerja di kantor TNI. Mama dan Papa Tiara sedang tak ada di rumah, mereka sedang berlibur ke makasar sekaligus dinas keluar kota.
Tiara langsung dibawa keruang UGD dan jantungnya sedang dipacu oleh dokter. Karena terlalu banyak darah yang keluar, Tiara tak sadarkan diri bahkan jantungnya berhenti. Dhimas datang.
“Bagaimana kondisi Tiara kini”
“Tiara kritis”
“Kog bisa Dika”
“Tiara sudah tau semuanya Dhimas”
“Tiara sudah tau semuanya”
“Ya sekarang keputusan ada ditangan kamu Dhimas, Tiara sangat membutuhkan kamu saat ini dari pada aku. Jaga dia dan jangan kamu tinggal kan dia”
“Baik, aku akan jaga Tiara”
“Kamu ngak usah khawatir masalah biaya rumah sakit, biar saya yang urus semuanya. Tugasmu hanya menjaga Tiara saja”
Dokter pun keluar dengan raut wajah yang kurang menyenangkan.
“Dokter bagaimana dengan Tiara, adik saya” ujar Dika.
“Ia Dok” ujar Dhimas.
“Kini kondisi Tiara sudah sangat parah, jalan satu-satunya hanya operasi”
“Operasi dok??” ujar Dika yang bingung.
“Ia Operasi yang saya maksud adalah Tiara harus melaksanakan pencangkokkan sumsung tulang belakang. Hanya itu cara yang dapat membuat ia sembuh dan normal seperti biasa”
Mama dan papa Tiara pulang kerumah. Melihat kondisi rumah yang sangat sepi tak ada orang, membuat mereka bingung.
“Anak-anak kemana ya pa?”
“Ia ya ma, rumah sangat sepi”
“Bi Mina.......” ujar Mama Tiara.
“Ia bu.....”
“Ibu sama bapak baru pulang, maaf ya bu, saya lagi menjemur pakaian diatas jadi ngak tau ibu sama bapak pulang”
“Ya sudah ngak apa-apa? Anak-anak kemana? Tiara biasanya sambut mamanya kalau baru pulang”
“Ibu ngak tau Non Tiara kan sekarang dirumah sakit, hidungnya berdarah bu”
“Kamu serius Mina”
“Ia pak? Tadi dibawa sama Den Dhimas dan Den Dika”
“Pa kita harus kerumah sakit sekarang”
“Ia ma!”
“Bi bawa barang-barang masuk kekamar ya”
“Baik bu”
Pak Wijaya beserta Bu Ani (Kedua orang tau Tiara dan Dika). Langsung kerumah sakit, Bu Ani sangat cemas dan terus uring-uringan. Akhirnya 1 jam perjalanan dari rumah menuju rumah sakit, Pak Wijaya dan Bu Ani pun tiba. Ibu Ani melihat Dika yang sedang mengurus adiministrasi.
“Dika????????????????”
“Mama, Papa!!!!!!!!!!!!!!”
“Dika,,,,,, Tiara bagaimana, sekarang ada dimana?”
“Tiara sekarang di ruang ICU mah, kondisinya sangat parah, kini hanya bantuan alat yang membuat Tiara masih hidup ma, kalau alat itu dilepas Tiara pergi dari kita Ma”
“Antar kan mamamu ketempat Tiara sekarang Dika”
“Baik pa, Tunggu sebentar masih harus urus administrasi”
“Udah kamu antarkan Mama mu, biar ini papa yang urus”
Dika mengantar Mama ketempat Tiara dirawat. Lantai 5 Tiara dirawat dan selama ini tak ada yang boleh masuk, hanya boleh liat dari luar pintu.
“Ma, jangan masuk, Dokter melarang kita masuk”
“Tapi Dika, mama harus melihat Tiara dengan dekat, Mama ngak tega lihat Tiara seperti ini”
“Maaf, ibunya Tiara ya?”
“Ia Dok, saya ibunya Tiara”
“Begini bu, melihat Kondisi Tiara yang semakin parah, kami tak menginjkan orang luar untuk masuk kedalam ruangan. Meskipun ibu adalah ibunya Tiara, sekali maaf ya bu. Saya mengerti apa yang ibu rasakan”
Tiara sadar, jari-jarinya bergerak dan memanggil “Ka Dika, Ka Dika dimana?”
“Dok Mohon kesini!” Ujar Suster yang lagi memeriksa kondisi Tiara.
“Tunggu sebentar ya”
Tak lama Dokter masuk, Dokter pun keluar dan berkata “Yang namanya Dika mana?’
“Saya Dika Dok”
“Pasien ingin bertemu dengan anda”
“Mas Dika, pakain ini dulu ya” ujar Suster.
Dika memakai masker, sarung tangan, dan baju khusus. Dika pun masuk.
“Kakak, Tiara kangen sama kakak, Tiara sayang sama kakak. Tapi kenapa kita tak bisa bersatu kak, apa karena Tiara adik kakak”
Tiara sesak nafas, dan Dika pun keluar. Tak hanya sesak nafas, keluar darah dari mulutnya dan sangat banyak. Keluarganya pun akhirnya diperbolehkan masuk.
“Mas Dika, ibu, bapak dan Mas Dhimas, harus sabar ya melihat kondisi Tiara. Tiara sudah tak bisa diselamatkan lagi. Sudah terlalu banyak darah yang dikeluarkan dari mulutnya. Jadi harus di ikhlaskan”
Semunya masuk dan Tiara membisikkan satu-satu kata terakhir untuk semuanya.
Pertama Mama “Ma, jangan nangis kalau Tiara pergi tinggalkan Mama. Tiara sayang sama Mama. Anggap Dhimas seperti anak mama ya”
Kedua Papa “Pa jaga mama ya, jangan sampai mama nangis karena Tiara pergi. Tiara sayang papa. Love you so much”
Ketiga Dhimas “Dhimas terima kasih, kamu sudah mau jadi suami aku, maaf kalau selama aku jadi istri kamu, aku selalu buat kamu kecewa, setelah aku pergi, carilah Kasih, cintailah dia, aku doakan kamu bahagia dengannya”
Dan yang terakhir Dika “Ka, Tiara ingin kakak ucapkan sayang dan cinta sama Tiara ditelinga Tiara sekarang”
“Tiara, adik ku yang kakak sayang dan kakak Cinta, sangat berat kakak tinggalkan kamu, tapi kamu harus tau sampai kapan pun kamu ada selalu dihati kaka, Love you Tiara”
Tiara menghela nafasnya terkahir setelah mendengar kata-kata dari Dika.
02 oktober 2012
Empat bulan kemudian, Dika mendapatkan kirimiman paket. Didalamnya terdapat sebuah CD player dan Dika membuka di Laptop. Dika meneteskan air mata setelah melihat vidio yang dibuat Tiara di Korea. Semua aktivitas Tiara di korea hingga Tiara juga mengungkapkan isi hatinya kepada Dika. Sungguh cinta Tiara kepada Dika, dan di ending vidio Tiara, Tiara berkata “Ka mungkin setelah kakak liat vidio ini kakak sudah tak lihat Tiara lagi, sudah lama Tiara sakit, semenjak semester 7 di korea, Tiara sudah mulai sakit dan selama dijakarta nanti Tiara akan menjalankan Terapi sampai maut memisahkan jiwa dan raga Tiara ka. Tiara Cinta sama kakak, Tiara ingin sekali disisa hidup Tiara bersama kakak”
“Tiara dimana pun kamu berada sekarang, kakak sadar kalau selama ini. Kakak ngak tau kalau kamu mencintai kakak sampai seperti itu. I love you Tiara”
Tiba-tiba jendela kamar Dika terbuka dengan sendirinya dan angin kencang masuk kedalam kamarnya. Dika melihat Tiara melambaikan tanganya dan tersenyum. Lalu jendela kamar Dika tertutup kembali.
“Cinta datang kapan pun, tak ada yang tau kapan cinta itu datang dan kapan cinta itu pergi. Yakinlah kalau cinta itu ada dalam hati mu, dalam hatinya dan dalam hati ku”



      End
  


Sabtu, 07 April 2012

Gara-Gara Ingin Naik Pangkat Malah Jatuh Cinta-part 2


Gara-Gara Ingin Naik Pangkat Malah Jatuh Cinta
Part 2
Walau terus disakiti, Tiara tetap bertahan dan bersabar. Suatu hari nanti pasti keajaiban akan datang. Mama dan papa tak bisa berbuat apa-apa, mama selalu berkata “Ara kamu harus sabar ya, suatu saat keajaiban akan datang padamu”. Kata-kata itu tak pernah Tiara lupakan. Sudah tiga bulan Dika tak ada perubahan tapi belakang ini, kepalanya terus terasa sakit dan sebagian bayangan hitam terus membayangi dirinya. Sedikit demi sedikit ia mulai mengingat cuma masih kabur.
Tiara duduk sendirian di taman belakang dekat kolam renang, Tiara menangis, Dika melihat Ara yang menangis, Dika merasa sangat sakit dan mendekati Ara yang sedang nangis, tapi Dhimas pun keburu datang dan mengajak Tiara pergi.
“Lho kemana cewe itu?”
Dika mencari-cari.
Sebelum Dika menghampiri Ara ditaman, Dhimas datang terlebih dahulu.
“Non, kenapa? Jangan sedih Non”
“Aku ngak sedih, aku hanya terluka”
“Bagaimana kalau saya ajak Non jalan-jalan biar Non tak sedih lagi”
“Ngak usah lah”
“Tapi Non, saya lakukan semata-mata karena Non telah membatu saya, kalau bukan Non Kasih ngak mungkin bisa maafkan saya sampai hari ini”
“Baiklah”
Malam hari pun datang, Ara pun pulang bersama Dhimas dan tertawa bahagia.
“Ara kamu kenapa?” Ujar mama.
“Aku senang sekali ma, Hari ini Dhimas ajak aku jalan-jalan tak hanya itu ma, ia belikan aku eskrim, pokonya aku senang banget hari ini”
“Malam sekali pulangnya, Pergi kemana saja kamu? dasar cewe aneh! baru diajak pergi sama supir aja senangnya minta ampun, bagaimana kalau diajak sama teman-temanya? Pasti bahagia banget ya”
“Kakak kog bicara seperti itu, Aku bukan cewe aneh, tapi kakak tuh yang aneh”
“Aku yang aneh, ngak salah bicara. Oh ya baru ingat kamu ini kan cuma anak angkat mama dan papa jadi wajar bergaul dengan supir”
“Asal kakak tau ya, walau aku cuma anak angkat mama dan papa, aku bukan cewe murahan, aku masih bisa berpikir mana yang baik buat ku mana yang bukan dan perlu kakak tau aku ini ngak bodoh, aku kuliah bahkan bukan disini tapi di korea” Tiara nangis dan masuk kamar.
“Kenapa sih dengan ku? kenapa aku bicara kasar dengan cewe itu”
“Dika, kamu kenapa marah-marah dengan adikmu”
“Mama kog belain cewe itu bukan aku, aku kan anak mama dan papa”
“Dika.....” ujar mama dengan suara lantang.
“Mama kenapa?, kog jadi bentak Dika”
“Udah lah Dika, kamu udah dewasa jangan kaya anak kecil”
Keesokan harinya saat makan pagi, Ara turun untuk makan pagi diruang makan, Mama Papa dan Ka Dika pun sedang makan. Saat Ara menghampiri untuk makan di meja makan, Ara pergi dan tak jadi makan dimeja makan.
“Ara kamu mau kemana? Sarapan pagi bersama-sama seperti biasa”
“Ngak usah Ma, nanti Ka Dika malah jadi ngak nafsu makan gara-gara Ara makan bareng dimeja makan, Ara makanya nanti saja. Lagian Ara cuma anak angkat mama dan papa kan”
“Udah lah Ma biarkan saja cewe itu mau makan atau ngak?”
“Dika kamu jangan bicara seperti itu”
“Dika....” ujar papa membentak Dika. Dika diam dan lanjutkan makan.
Papa dan Mama membicarakan kondisi Dika yang semakin hari semakin keterlaluan terhadap Ara putri kandung mereka.
“Pa bagaimana ini? Kita tak bisa biarkan ini berlarut-larut, mama ngak mau Ara dibilang anak angkat kita, Dika lah anak angkat kita Pa”
“Papa juga bingung Ma, harus berkata apa lagi, Dokter berpesan agar jangan buat Dika tertekan dengan kondisi ini. Papa juga takut kondisi Dika semakin parah”
“Terus sampai kapan Pa?”
“Papa juga ngak tau Ma”
Malam hari Ara duduk dipinggir kolam renang, saat Ara mau bangun, kaki Ara malah kepleset hingga jatuh kedalam kolam, Tara yang kebetulan lewat melihat dan berteriak memanggil orang rumah.
“Tuan, Nonya..... Non Ara jatuh kedalam kolam”
Mama, Papa panik dan Tara memanggil Dhimas untuk menolong Tiara, Dhimas buru-buru datang, Dhimas pun juga baru kelar mandi. Mereka berdua langsung menuju kolam renang belakang rumah. Andika keluar, Tiara yang masih kelihatan di dasar kolam, kini tenggelam dan Tiara memegang kalung yang Ka Dika berikan.
“Pa Ara gimana?”
Tiba-tiba Dika langsung menyeburkan dirinya dan menolong Ara, Dika sendiri pun tak tau dengan-nya. Dika merasa ada yang mendorongnya untuk menolong Ara. Dhimas dan Tara pun datang dan Ara pun telah dibawa keatas pinggir kolam. Dika langsung membawanya kekamar.
“Ma hubungi dokter, cepat ma”
Mama diam dan bingung “ Ma ayo cepat” ujar Dika yang panik.
Dokter pun datang dan mengeluarkan air dari dalam tubuh Ara. Tak lama setelah dokter pulang, Ara pun sadar.
“Ara kamu ngak apa-apa kan” ujar Dika yang langsung dekap Ara dan hanya diam dan bingung.
“Ara ngak apa-apa ka”
“Syukur kamu ngak apa-apa, kakak khawatir sama kamu”
ΩΩΩΩ
Tiga hari kemudian. Kini ka Dika sudah tak marah seperti dulu, ia baik sekali pada ku. tapi aku masih sangat cagung dan tak tau kenapa aku bisa seperti ini. Dhimas mengajar pacaranya Kasih untuk makan bareng dan karena hari ini hari minggu, Dhimas meminta ijin kepada pak Wijaya.
“Maaf pa, hari ini kan hari minggu, bolehkan saya meminta izin untuk pergi jalan-jalan dengan pacar saya”
“Mau pergi hari ini.... maaf ya Dhimas bukan saya ngak ngizinin kamu tapi hari ini kamu kan....”
Tiara potong pembicaraan papa dan Dhimas “Maaf pa, tapi hari ini kan hari libur, biarkan Dhimas pergi dengan pacarnya, lagian selama ini papa ngak pernah memberikanya libur ka”
“Ara.....”
“Udah Dhimas kamu pergi saja, urusan papa biar aku saja, kamu bawa mobil biar Kasih senang” ujar Ara yang tersenyum pada Dhimas.
“Makasih Non”
Dhimas pergi. “Pa Tiara mau bicara!”
“Mau apa lagi Ara”
“Pa Tiara udah tau apa yang terjadi antara Dhimas sama papa?”
“Maksud kamu apa Ara”
“Papa meminta Dhimas untuk menemani aku, menjaga aku dan menghibur aku selama dijakarta dan papa juga mengiming-imingkan janji akan menaikan pangkatnya kan Pa”
“Ara tau dari mana? Mana mungkin papa seperti itu”
“Udah lah pa, Tiara udah tau semua. Pa ngak baik seperti itu, papa ngak bisa seenak papa menyuruh Dhimas yang mungkin akan memberatkan-nya. Lagian kenapa hanya Dhimas, Tara bagaimana?”
“Maaf kan Papa Tiara, bukan maksud papa lakukan itu, tapi papa sayang sama kamu”
“Kalau papa sayang sama aku, aku mohon papa naikan pangkat mereka sekarang dan jang Dhimas saja, Tara juga pa?”
“Baik lah Ara, papa akan pikirkan. Karena tak mudah untuk papa melepaskan mereka”
Tiara pun pergi keRestaurantnya bersama Tara. “Tara sebaiknya kamu langsung pulang, nanti takut papa atau mama mau pergi, kan Dhimas lagi libur sehari”
“Baik Non”
Tiara bosan di ruang kerjanya, ia keluar dan mengganti pakaiannya dengan pakain waiteres.
“Mba Tiara, kenapa memakai pakaian ini”
“Aku bosan diruang kerjaku, lagian ini kan restaurat punya ku, aku mau bantu kalian semua jadi pelayan disini? lagian lagi ramai kan. Pasti butuh tenaga banyak”
Tiba-tiba Kasih dan Dhimas pun sedang makan ditempat yang sama.
“Kita makan disini aja ya? Tempatnya selain indah juga nyaman? Lagian restoran ini juga relatif murah”
“Ya terserah kamu aja, aku ikut aja”
Tiara pun lewat. “Pelayan?”
Tiara membalikan badanya. “Itu kan Dhimas dan Kasih, mereka makan disini?”
“Saya pesan makanan paling favorite disini? yang makanan indo ya”
“Baik, menu favorite indo disini ada banyak, ada ayam bakar bumbu balado, Ikan Presto bumbu Bali, Daging sapi bumbu Manado dan Tumis kangkung Ala bumbu rempah-rempah”
“Cuma itu makanan favorite di restoran ini!”
“Masih banyak cuma makanan yang saya sebutkan itu tadi banyak sekali yang menggemari dan suka. Tak hanya orang indo saja, orang mancanegara pun juga memasanya”
“Oh begitu ya?”
“Ya, jadi Mas dan Mba ini mau pesan apa?”
“Bisa ngak kalau bicara ngak nunduk?”
“Maaf” Tiara angkat wajahnya.
“Oh Tiara, pantas suaranya?”
“Jadi mau pesan apa?”
“Pokonya yang enak dan yang penting yang paling mahal ya?”
“Baiklah mohon tunggu sebentar”
Tiara pergi “Kasih uang dari mana kalau kamu pesan yang mahal-mahal”
“Udah tenang aja?”
“Tenang gimana?”
“Uang gaji mu kan besar, masa ngak punya uang untuk belikan aku makan!” Kasih cemberut.
Mama, Papa, Ka Dika dan Tara pun datang. Aku yang kembali keruang kerja ku pun dipanggil Sania, pekerja direstaurant.
“Tok-tok...”
“Masuk”
“Maaf Mba, Keluarga mba datang kesini”
“Oh ya suruh mereka nunggu diruang VIP ya, aku segera datang”
Tiara keluar dan menemui keluaganya itu. Kami semua makan dan Tara pun ikut makan dalam satu meja. Lalu Kasih dan Dhimas lewat, Kasih masuk keruang VIP dan dengan sengaja menumpahkan Air kebaju ku.
“Aduh Kasih, Minta maaf sekarang”
“Maaf kan kesalahan pacar saya bu, Pak, Non Ara”
Ara hanya diam dan tersenyum. “Udah ngak apa-apa kog”
“Tuh kan sayang, dia bilang ngak apa-apa”
“Oh Tiara, Boleh ikut makan disini kan?”
“Silakan”
“Tomi, ambilkan kursi lagi”
ΩΩΩΩ
Semua makan bersama, Kasih terus memandang ka Dika. Mungkin Kasih suka dengannya. Ara sangat cemburu. Makanan yang Tiara makan hanya Tiara berantakin, Tiara kesal dan pergi dari meja makan.
“Maaf, Pa, Ma, Ka Dika, semuanya Tiara banyak kerjaan” Tiara pergi begitu saja.
“Dhimas kamu kejar Tiara” ujar papa.
“Baik Pak”
Dhimas mengejar Tiara dan ternyata Ara berdiri didekat kolam renang di belakang restaurant.
“Maaf Non saya ganggu Non disini”
“Mau apa lagi kamu Dhimas kesini, mau coba hibur aku, pecuma”
“Maaf kan kalau saya dan kasih telah membuat Non kesal”
“Kamu bilang ya sama pacar kamu sih Kasih itu, jangan sok keganjenan, dia ngak liat apa ada kamu disitu dan kenapa harus Ka Dika” Tiara meneteskan air mata.
“Maaf Non Kasih bukan orang seperti itu”
“Bukan kaya begitu? Kamu ngak liat kasih terus memandang Ka Dika”
“Itu ngak mungkin Non”
“Ngak mungkin apanya
“Ia ngak mungkin Non”
Tiba-tiba ada anak kecil lari-larian dan tak sengaja mendorong Tiara, hingga Tiara terjatuh. Tiara memegang tangan tangan Dhimas sehingga mereka pun terjatuh berdua. Mama, Papa, ka Dika, Tara dan Kasih kebelakang restaurant karena mendengar Tiara dan Dhimas tercebur kedalam kolam. Dhimas dan Tiara pun telah berada diatas kolam, tapi Tiara pinsan tak sadarkan diri. Dika lihat Dhimas yang menggendong Tiara, Dika marah.
“Turunkan Tiara”
Dika pun menurunkan Tiara dan Dika pun yang mengendong Tiara serta membawa Tiara keruangnya. Tak lama kemudian Tiara pun sadar.
Dika langsung memeluk Tiara “Ara, kamu buat kakak khawatir”
“Apa? Ara ngak salah dengar kan, Kakak Khawatir sama Ara”
Tiba-tiba Dika melepaskan pelukannya dan berkata “Apa? Kakak khawatir sama kamu, maaf ya Ara itu ngak mungkin”
Tiara sangat kecewa, Tiara berpikir ka Dika telah kembali seperti dulu tapi kenyataanya masih sama.
“Sayang, jangan diambil hati ya, Mama yakin suatu hari Dika akan kembali seperti dulu”
Tiga hari kemudian, saat Tiara sedang jalan-jalan dan ketika itu terjadi kemacetan yang sangat parah karena ada seorang ibu-ibu dan bapak-bapak yang keserempet motor dan yang menbrak mereka pergi begitu saja. Tiara keluar dari mobilnya dan melihat apa yang sedang terjadi.
“Ada apa ya?”
“Itu ibu-ibu dan suaminya ditabrak tapi penabraknya malah kabur”
Tiara menghampiri ibu-ibu dan suaminya tersebut. Dan semua orang yang mengerubungin pun pergi. Jalanan pun kembali lancar.
“Ibu dan bapak baik-baik sajakan”
“Ngak apa-apa kog de”
“Ibu sama bapak mau kemana? Bawaanya banyak sekali”
“Ibu sama bapak mau pergi kerumah anak saya, dia janji akan menjemput kami di stasiun, tapi kami udah tunggu 4 jam ngak datang-datang”
“Mungkin anak ibu lupa”
“Masa gitu aja lupa”
“Baik lah, mau saya antar ketempat anak ibu, ibu punya alamatnya”
Ibu itu memberikan alamatnya kepada Tiara.
“Lah ini kan alamat rumah ku” ujar Tiara dalam hati.
“Baiklah ibu, mari ikut saya, mobil saya ada disebelah sana”
Tibanya dirumah, ibu dan bapak itu bingung.
“Mari bu, pak masuk”
“Tapi nak Ara, ini benar rumah anak ibu”
“Ini rumah papa saya bu, dan alamat yang ibu yang ibu berikan ini, ya ini alamatnya”
Dika pun keluar, dan ibu itu pun langsung memeluk Dika.
“Nak, kamu kenapa ngak jemput umi dan abah di stasiun”
“Apa?” ujar Dika dengan ekspresi bingung.
“Maaf bu, pak, ini kakak saya namanya Andika”
“Bukan ini Dhimas, anak ibu”
“Ka, Dhimas mana?”
“Lagi antar mama dan papa”
“Ya udah ibu sama bapak, masuk dulu ya, nunggunya didalam aja”
“Ara”
“Biarkan saja”
Mama dan papa pun pulang begitu juga dengan Dhimas, Dhimas pun masuk dan kaget melihat kedua orang tuanya telah duduk di ruang tamu. Tiara pun keluar dan ingin menemani ibu dan bapak tersebut tapi melihat Dhimas telah pulang, Tiara tak jadi menghampiri mereka. Dhimas pun mengajak orang tuanya ke belakang dan lewat garasi karena tak enak dengan keluarga pak Wijaya.
“Nak, gadis yang cantik itu siapa?”
“Itu anak bos Dhimas bu”
“Owww...”
“Ibu mau punya mantu kaya dia”
“Jangan sembarangan bicara bu”
“Kenapa? Ngak ada salah ya kan pak”
“Ia lah nak. Udah gadis itu baik, cantik lagi”
“Mending sekarang ibu sama bapak istirahat aja ya”
Tiara pun kedapur dan bertemu Dhimas.
“Gimana? Mereka sudah istirahat, ibu dan bapak mu”
“Sudah Non”
“Temani saja mereka Dhimas, kasihan sudah datang jauh-jauh”
Kasih pun datang dengan membawa buah.
“Hay sayang, ibu sama bapak udah datang ya”
“Udah mereka ada dikamar, aku ingin ketemu, sekalian ingin kasih buah ini buat mereka”
Seminggu kemudian, Dhimas membawa kedua orang tuanya pergi dari rumah pak Wijaya, Dhimas merasa tak enak terus-terusan numpang dirumah bosnya.
Bu Wijaya pun melihat mereka pergi.
“Dika, mau kemana kamu, membawa mereka pergi”
“Saya tak enak bu, orang tua saya tinggal terus-terusan disini”
“Terus kamu mau bawa kemana, memang punya tempat tinggal buat mereka”
“Belum sih bu, makanya kami mau cari”
“Kamu tunggu dulu ya”
Bu Wijaya memanggil Tiara dan Tiara pun keluar.
“Tiara, Mama mau tanya, kamu ada tempat tinggal, atau rumah buat mereka ngak”
“Wah kalau rumah, Tiara ngak ada ma, tapi kalau apartement Tiara ada”
“Ya udah antarkan mereka ketempat itu”
“Baik ma”
“Dhimas kamu ambil kunci mobil ku, kita pergi kesana, antar orang tuamu kesana”
“Ngak usah Non, saya bisa cari kontrakan”
“Udah Dhimas, ngak apa-apa”
Tiara, Dhimas dan kedua orang tua Dhimas pun ketempat Apartement yang Tiara punya, walau Apartementnya tak besar tapi sangat cukup baik dari pada tinggal dikontrakan. Karena fasilitas pun sudah cukup lengkap. Ada kamar tidur yang lengkap dengan kasur yang empuk dan lemari, kamar mandi yang sangat bersih, dapur yang telah lengkap dengan peralatanya serta ruang untuk nonton tv. Hanya saja Apartement ini belum dipasang AC dan Telepon.




Bersambung.......................

Jumat, 06 April 2012

Gara-Gara Ingin Naik Pangkat Malah Jatuh Cinta-Part 1


Gara-Gara Ingin Naik Pangkat Malah Jatuh Cinta
Part 1
04 februari 2012
            Pagi hari Pak Wijaya beserta istri sibuk mempersiapkan kedatangan putrinya yang baru pulang setelah delapan tahun meninggalkan rumah, sibuk membersihkan rumah terutama kamar untuk putrinya, semua pembantu beserta supir yang sekaligus ajudan dengan pangkat prajurit dua, dikarenakan Pak Wijaya adalah seorang angkatan dengan pangkat Letnan Jenderal, tak hanya memiliki seorang putri yang akan datang, Pak Wijaya juga memiliki seorang putra yang mengikuti jejak ayah nya sebagai seorang angkatan hanya saja anaknya mengambil TNI angkatan udara sedangkan ayahnya TNI angkatan darat, dimana putranya kini telah ditugaskan ke Papua dengan pangkat Lenan Dua.
            Putrinya sekolah di new york lalu melanjutkan study-nya di Korea University dengan jurusan Korea University Business School selama 5 tahun dan ayahnya tidak mengeluarkan biaya sedikitpun untuk putrinya itu, ia sangat pintar setelah kelar kuliah dan menyangdang gelar cumloude kini ia kembali ke indonesia untuk menerapkan apa yang ia pelajari di korea dengan mengembangkan sebuah bisnis di jakarta.
            Nama putrinya adalah Mutiara Zalfa Syaza biasa dipanggil Tiara sedangkan putranya bernama Andika Anwar Wijaya telah menikah dengan seorang wanita bernama Kirana Azizah seorang putri dari sahabat Pak Wijaya.
            Ibu Wijaya pun sibuk sampai-sampai ia lupa waktu, Putrinya Tiara akan tiba dijakarta jam 4 Sore sedangkan kini telah jam 2 siang, sungguh paniknya Bu Wijaya. Ajudannya yang Bernama Dhimas menemui Pak Wijaya.
            “Dhimas saya mau kamu temani Putri saya selama Di jakarta, kalau putri saya senang kamu dapat naik pangkat dan tak perlu khawatir saya akan mengusahakan kamu untuk naik pangkat, kamu tenang aja. Bagaimana kamu mau atau tiadak”
            “Gimana ya pak?”
            “Jawab yang tegas ia atau tidak”
            “Baik pak saya siap” ujarnya dengan suara yang latang.
            “Dhimas kebetulan kamu disini kamu siap-siap untuk antarkan saya jemput Putri saya” ujar Bu Wijaya.
            “Baik bu”
            “Tidak usah bu”
            “Kenapa pak?”
            “Papa punya tugas untuknya”
            “Oh begitu baik lah, biar mama minta antar Tara”
            Bu Wijaya pun berangkat dengan Tara tibanya disana ternyata Putrinya telah menunggu di loby sambil membuka Ipadnya.
            “Tiara.......”
            “Mama.....”
            Tiara dan mama berpelukan sedangkan Tara hanya diam melihat anak dan ibu yang sudah lama tak bertemu, kini dipertemukan.
            “Mama Ara kangen sama mama”
            “Mama juga Ara”
            “Oh Ya sampai lupa, ini Supir mama sekaligus ajudan papa”
            “Ara, Salam kenal” Tiara hanya mengangukan kepalanya.
            “Tara”
            Tiara, mama dan Tara pun tiba dirumah, papa menyambut ku dengan penuh kehangatan, Tiara merasa seperti kembali ke masa lalu, tak ada yang berubah hanya aja ada yang kurang.
            “Pa, Ara kangen sama papa”
            “Kangen sama papa, tapi kenapa baru datang sekarang”
            “I’m Sorry pa, I’m very very busy”
            “Baik lah, sekarang kamu istirahat saja”
            “Non barang-barangnya mau taruh dimana?” ujar Tara dengan sibuknya membawa 1 koper besar ditambah tas yang sangat berat.
            “Oh ya Taruh dikamar aja ya” “Pa, Ma, Ara kekamar dulu ya”
            Saat masuk kekamarnya, Tiara mengeluarkan air mata, terlalu banyak kenangan didalamnya. Tempat tidur, lemari dan meja belajar pun masih sama seperti dulu sebelum Tiara pergi. Tara pun menaruh barang-barang Tiara dan segera keluar. Tiara pun duduk dikasurnya, lalu berdiri menuju meja belajarnya.Tiara melihat Foto bersama kakaknya dan Tiara pun baru sadar.
            “Oh Ya, aku belum liat kakak, kakak kemana ya”
            Tiara pun keluar, saat Tiara mau keluar mama baru saja mau mengetuk pintu.
            “Ara... kita makan malam bersama dulu ya”  
            “Ia Ma”
            Tiara dan keluarnya pun makan, setelah makan malam. Tiara masuk kekamar kakaknya. Ia sangat kangen dengan kakaknya. Ternyata kakaknya tak ada dikamar dan ia melihat ada sebuah Figura besar dengan sebuah foto kakak bersama dengan seorang wanita.          “Siapa wanita itu” ujarnya dalam hati.
            “Pa.... Ma.....” ujar Tiara yang keluar kamar kakanya dan menemui papa dan mamanya.
            “Ada apa Ara... ngak usah teriak-teriak”
            “Ma, Foto yang sama Kakak itu siapa?’
            “Itu Istrinya Ara”
            “Istrinya” Tiara kaget mendengarnya.
            “Maaf kan mama dan papa yang tak memberi tahukan kamu sebelumnya”
            “Mama dan papa Jahat sama Ara”
            Ara pun pergi ke halaman belakang dan duduk didekat kolam renang, Tiara menangis. Baginya Kakaknya adalah segalanya. Tiara tak bisa kehilangan kakaknya, ia sangat mencintai kakaknya. Karena sebenarnya Kak Dika bukan kakak kandung Tiara. Dika diambil oleh papa dan mama dari panti asuhan saat dulu mama divonis tidak akan memiliki anak oleh dokter. Tak lama setelah mengambil Dika, Mama Hamil dan memiliki anak pertama yaitu aku. Dari usia ku 5 tahun, papa dan mama mengatakan kalau Dika bukan kakak kandung ku tapi aku harus menghormatinya sebagai kakak.
            Saat usia Ara 14 Tahun Ara mencitai kakaknya sendiri, Dika selalu ada jika Ara membutuhkanya, Dika selalu melindungi Ara, selalu menjaga dan menemani Ara kemana pun Ara pergi, Walau Dika sesibuk apa pun, Dika selalu ada waktu buat Adiknya itu. Hingga akhirnya Ara pun mendapatkan Beasiswa ke New york Amerika. Dika dan Ara pernah berjanji. “Jika Ara kembali kejakarta Dika harus menikah dengan Ara” dan Dika pun setuju saja bahkan mama pun menyetujuinya. Tapi apa yang terjadi Dika telah pergi meninggalkan Ara untuk selama-lamanya. Betapa hancurnya hati Ara.
            “Maaf Non, malam-malam begini tak baik diluar, apalagi udaranya sangat dingin” 
            “Apa pedulinya kamu sama aku”
            “Tapi Non...”
            “Udah lah, mau saya disini atau dimana bukan urusan kamu” ujar Ara dengan marah-marah.
            “Boleh saya duduk disini”
            “Terserah....”
            Saat Ara melihat wajahnya Pria yang berbicara denganya. Ara diam, Wajahnya sangat mirip dengan Ka Dika. Ara pun tiba-tiba memeluknya dan berkata “Jangan Tinggalkan Ara Lagi ka, Ara ngak mau kakak pergi dari Ara” dekapannya sangat erat. Dhimas tak bisa lepas dari dekapan Ara. Kekasihnya pun datang dan melihat apa yang dilakukan kekasihnya itu.
            “Kasih...” ujar Dhimas yang lalu lepas dari dekapan Ara.
            “Kasih....” ujar Ara
            “Maaf saya harus pegi Non” Dhimas pun lari mengejar Kasih (kekasihnya)
ΩΩΩΩ
            Dhimas mengejar kekasihnya. Ara pun bangun tapi kakinya terpleset hingga jatuh kekolam. Ara tak bisa berenang sama sekali.
            “Ka Tolong Ara”
            Dhimas pun berhasil mengejar pacaranya “Kasih, kamu jangan begini, kamu salah paham, apa yang kamu lihat bukan yang sebenarnya, ia cuma anak bos aku. Aku hanya temaninya”
            “Temani..... tapi kami kenapa pelukan denganya”
            “Dia yang peluk aku”
            “Terus kenapa ngak coba lepas”
Tara pun datang dengan tergesa-gesa menghampiri Dhimas dan Kasih.
“Dhimas, sebaiknya sekarang ikut gw, Ara jatuh di kolam renang, ibu sama bapak panik. Gw ngak bisa renang, lw kan bisa, ayo cepet tolong”
“Tapi Kasih Gimana?”
“Kasih maaf ya ini darurat” ujar Tara.
“Maaf kan aku Kasih”
Dhimas pun ditarik Tara. Tiara pun akhirnya berhasil diselamatkan oleh Dhimas dan dibawa kekamarnya. Setelah menolong Tiara, Dhimas kembali menemui Kasih tapi kasih sudah tak ada. Dokter Pribadi pun datang, tak lama setelah dokter memeriksa Tiara pun sadar dan langsung bangun, Tiara mencari Dhimas yang ia pikir kakaknya.
“Ara kamu mau kemana?”
“Ara mau cari kakak, tadi kakak ada disini”
Ara lari keluar dan melihat Dhimas, ia langsung mendekap Dhimas dari arah belakang.
“Maaf Non saya bukan kakak Non”
“Ara dia bukan Dika”
“Bukan Ka Dika...”
Tiara pun langsung lemas, Tiara dibawa masuk kedalam rumah.
“Maaf kan Ara ya Dhimas”
“Ia bu ngak apa-apa? Kalau boleh tau kakaknya yang mana ya, bukan ibu Cuma punya seorang anak”
“Kakaknya ada cuma ia telah menikah, Ara sangat cinta dengan kakaknya dan kalau dilihat-lihat wajahmu sangat mirip dengan kakaknya Ara”
“Ia bu”
“Ia makanya pas kamu hampiri dia, dia mengira kalau kamu kakaknya”
Keesokan harinya, Tiara pun bangun. Kini kondisinya jauh lebih baik, ia sudah dapat berpikir mana yang benar, mana yang salah.Ara pun juga sudah tau kalau Kakaknya telah menikah, walaupun Ara sangat patah hati, Ara tak bisa lakukan apa-apa.
“Pagi sayang... kamu udah bangun ya”
“Pagi Ma....”
“Ara, kemarin kamu salah orang, yang kamu peluk itu bukan Dika tapi Dhimas, anak buah papa mu”
“Ia Ma.... tapi wajahnya sangat mirip Ka Dika”
“Memang tapi itu bukan Dika, Ara.....”
Seminggu kemudian Ara sudah bisa melepaskan kakaknya itu dan kakaknya pun datang. Kakaknya sangat kangen dengan adiknya itu.
“Assalamualaikum” Dika datang dengan Istrinya.
“Dika....” ujar mama.
Dika langsung mencium tangan mama begitu juga dengan istrinya.
“Ma Ara udah balik ya, Dika kangen sama Ara Ma, Ara mana Ma?”
“Ara di kamarnya.... Ara sangat kangen sama kamu”
“Ia Ma” ujarnya terkejut mendengar.
Andika mengetuk pintu kamar Ara “Tok-tok-tok-tok” Ara pun keluar, saat Ara membuka pintu kamarnya. Ara langsung memeluk Dika.
“Ka, Ara kangen sama kakak”
“Kakak juga Ara”
“Kakak jahat, udah nikah tapi ngak bilang sama Ara”
“Ara ngak bisa dihubungin, makanya kakak juga bingung harus hubungin Ara ke No yang mana”
Ara pun cemberut “Jangan cemberut gitu, kan jadi jelek dilihatnya”
“Apa sih Kakak” ujar Ara dengan pukul-pukul badannya.
Istrinya pun melihat Suaminya dan Adiknya bertemu, Tertawa bahagia. Rana pun meneteskan air mata bahagia dan tersenyum.
“Rana....”
“Mama...”
“Kamu bahagia ya liat mereka berdua, tapi kamu ngak marah kan”
“Ia bu, aku juga mengerti bu apa yang pernah terjadi dengan Dika dan adiknya”
“Syukurlah..... Mama takut kamu marah dan cemburu melihat sikap mereka”
“Ngak lah Ma, Rana bisa mengerti hati Ara”
Dika, Tiara, Mama, Papa dan Rana pun makan siang bersama.
“Ka Mau makan apa? Biar Ara yang ambilin ya”
“Ara...” ujar mama.
“Ngak apa-apa ma” ujar Rana.
Ara melihat Dhimas sedih, tak ada semangat hidup. Ara menghampirinya.
“Maaf ganggu, kamu kenapa?”
“Oh ya maaf ya waktu itu, aku peluk kamu”
“Ngak apa-apa Non...”
“Terus kenapa kamu sedih”
“Pacar ku Kasih marah, ia tak mau maafkan ku Non”
“Pasti gara-gara aku ya”
“Ngak kog Non, ini salah ku”
“Bagaimana kalau aku bicara dengan Kasih, mungkin dengan begitu, kamu ngak akan sedih”
“Ngak Perlu Non”
“Ayo, aku harus minta maaf, antarkan ku padanya”
Akhirnya masalah pun Clear, Dhimas dan Kasih bersatu lagi. Tak ada kesedihan lagi.
ΩΩΩΩ
Tiga hari Dika dan Istrinya tinggal, kini mereka harus kembali ke Papua. Rumah terasa sepi kembali setelah kepergian mereka. Ara harus melanjutkan kehidupannya. Ara pun membuka usaha di daerah kemang Raya, membuka sebuah bisnis restaurant yang kini sedang dalam dibangun dan akan segera dibuka sebulan atau dua bulan lagi. Saking kerja keras, Ara lupa untuk makan, kurang tidur, semua itu ia lakukan untuk melupakan Dika, kakaknya. Akibatnya ia pun jatuh sakit, selama tiga hari Ara tak sadarkan diri, Ara selalu memanggil nama kakaknya.
“Ka Dika, Ka Dika” terus Ara ucapkan....
Mama dan papa bingung harus bagaimana lagi, mama ngak mau memanggil Dika datang lagi ke jakarta, hari ini Dika ada pelantikan terakhir untuk kenaikan pangkat. Dhimas pun lewat, mama pun memanggil Dhimas dan memintanya untuk mengantikan Dika, kakak Ara.
“Dhimas, bantu putri saya Tiara, ia sakit keras, ia tak sadarkan diri, bantu untuknya terbangun dari tidurnya. Saya mohon”
“Tapi bu?”
“Ayo lah Dhimas, ini hanya sampai Tiara sadar, habis itu saya ngak akan minta apa-apa lagi”
Dhimas pun diam, ia pun teringat atas janjinya dengan pak Wijaya, untuk temani putrinya dan bahagiakan putrinya itu. Lagi pula Dhimas pun ingin cepat-cepat naik pangkat, agar gajinya pun naik.
“Baiklah bu, saya usahakan”
Bu Wijaya dan Dhimas pun masuk kamar Tiara dan Tiara pun masih terus mengigau nama Dika.
“Duduk disampingnya dan ucapakan sesuatu agar Ara sadar, anggap Ara ini adikmu”
Dhimas pun duduk disamping Ara Tidur, Dhimas membisikan “Ara bangun, kakak ada disini, disamping kamu, Ara yang kakak Cinta bangun” Dhimas mengusap rambutnya.
Ara pun tetap tak sadar. Bu Wijaya memberi kode untuk menggenggam tangan Ara.
Dhimas pun menggenggam tangan Ara, dengan lembut Dhimas lakukan. Ara pun sadar, Ara membuka matanya, Dhimas pun bangun dan keluar.
“Ara kamu sudah sadar”
“Mama, sepertinya ada yang membisikan sesuatu di telinga Ara, suaranya seperti ka Dika, tapi Ara merasa itu bukan Ka Dika”
“Sekarang jangan pikirkan itu, yang penting kamu sembuh dulu, kamu makan ya Ara, mama sangat Khawatir sama kamu, tiga hari kamu ngak sadarkan diri”
Keesokan harinya Ara pun bangun, kondisinya jauh lebih baik dan lebih segar. Ara pun turun dari kamarnya. Di Tempat lain, Dika merasa cemas, Dika teringat akan adiknya Ara. Istrinya pun bilang kalau Ara sakit keras dan tak sadarkan diri. Istrinya pun bilang setelah Dika selesai di karantina dan telah mendapatkan kenaikan pangkat. Dika pun langsung buru-buru ke jakarta.
Tapi apa yang terjadi, Pesawat yang dinaikki Dhimas dan Istrinya mengalami kecelakaan dan jatuh, semua penumpang terluka parah bahkan ada yang meninggal. Rana,Dika dan penumpang lainya pun dibawa kerumah sakit terdekat. Papa, Mama dan Tiara pun Shock mendengar berita tersebut. Rana dan Dika pun dibawa kerumah sakit dijakarta, itu pun karena papa langsung datang kerumah sakit dimana Dika dan Rana dirawat. Dika tak sadarkan diri sedangkan Rana terus mengeluarkan darah dari mulutnya. Hingga tiba dijakarta Rana telah dipanggil Allah dan hari itu juga Rana dikubur. Rana meninggal pukul 8.15 saat tiba dirumah sakit RSPAD.
Dika juga tak sadarkan diri. Selama seminggu Dika juga tak sadarkan diri. Rana Istrinya telah tenang disisi Allah Swt. Bahkan Rana sedang mengandung anak dari Dika yang telah berusia 3 minggu dalam kandungan. Akhirnya Dika pun sadar setelah Tiara membisikan sesuatu ditelinga Dika.
“Aku ada dimana?”
“Kakak sudah sadar” Tiara pun keluar dan memanggil Dokter.
Dokter pun memeriksa Dika dan meminta keluaganya untuk masuk.
“Dokter ada apa dengan putra saya?”
“Sepertinya ada gangguan pada ingatanya, itu terjadi karena benturan keras di kepalanya”
“Ka, ini Ara, kakak ingatkan”
“Kamu siapa?”
“Kakak ngak ingat sama Ara, adik kakak”
“Dika, kamu ingat sama mama dan papa”
“Mama....”
“Alhamdullilah kamu ingat sama mama”
“Mama, mama Dika kan, Mama Wijaya, Tapi wanita ini siapa ma?”
“Bu bisa ikut saya... biar Dika istirahat”
“Dika kamu istirahatnya”
Dokter pun mengatakan kalau Dika mengalami lupa ingatan sebagian, ia hanya ingat masa lalunya, Dika tak ingat setelah Dika memiliki adiknya Ara. Dan dokter pun berpesan agar jangan sampai buat Dika Shock dan bingung. Itu akan berakibat fatal, jika hal itu terjadi ada kemungkinan Dika tak akan ingat selama-lamanya.
Ara pun bersabar dan mengatakan kalau ia adalah adik angkat, adik yang diangkat papa dan mama. Walau sakit, ia harus tetap bertahan dan bersabar. Semua foto-foto pernikahan Dika dengan Rana pun disimpan di sebuah kamar yang tak boleh Dika masukki.
Dika dan mama pun pulang. Tibanya dirumah.
“Wah ma rumah masih yang seperti dulu ya”
“Ia lah sayang, sekarang kamu tidurnya”
Ara sangat sedih dengan apa yang terjadi dengan kakaknya Dika, ia tak bisa lakukan apa-apa selain berdoa kepada Allah swt. Semua telah terjadi dan hanya waktu yang dapat mengembalikan semuanya. Ara hanya bisa bersabar dan terus bersabar. Ara tanpa lelah mencoba mengembalikan semua ingatan kakaknya. Walau Ara terus saja dipukul, di dorong dan dimarah-marahin bahkan di caki-maki Dika, Ara tetap bersabar dan tak sedikitpun Ara membalas semua apa yang dilakukan kakanya Dika. Dika selalu bilang “Kamu itu cuma adik angkat ku, jangan sok tau, kamu bukan siapa-siapa? Kamu itu cuma anak yang diangkat sama mama dan papa ku. Jadi jangan atur-atur aku”








Bersambung.....................