Sabtu, 02 Maret 2013

Biar Menjadi kenangan


Biar Menjadi Kenangan

Ini hari yang tak ku sangka. Aku lulus dan mendapat gelar S1 Ekonomi salah satu universitas swasta di jakarta. Ini menjadi impian aku selama ini, selama 4 tahun aku berjuang bersama-sama teman-teman dan sahabat ku untuk meraih impian ini dan tak lupa kekasih ku.
Tapi selang beberapa hari, kekasihku Aldi pergi meninggalkan ku dan entah kemana ia pergi. Pembantu rumahnya pun juga tak tau kemana Aldi pergi. Dia menghilang begitu saja tanpa pesan.
Aku bingung harus mencari kemana lagi dan tanpa ku sangka aku mendapat kiriman undangan pernikahan. Ternyata undangan itu dari Aldi. Aku kaget setengah mati, begitu teganya Aldi mengkhianati aku. Aku setia menunggunya. Lebih 4 tahun aku bersamanya. Ini yang dinamakan cinta. Aldi selalu bilang “Ara.... Aku mau kita sama-sama meraih S1 dan setelah itu kita akan tunangan jika kamu tak mau terburu-buru menikah” dan aku selalu berkata “Aku janji tuk setia padamu, takkan ada pria dihatiku selain dirimu”
“Kiara kenapa kamu menangis setelah membaca undangan pernikahan. Memang dari siapa?” Ara memberikan undangan itu ke mama dan dengan tatapan kosong dan matanya berlinang air mata.
Aku ngak tau harus berbuat apa lagi. Hanya tangis yang aku bisa lakukan saat itu. Setelah membaca undangan tersebut, mama memelukku dengan hangat dan diusapkan punggung ku.
“Sudah Ara, jangan kau tangisi lagi. Semua sudah terjadi. Aldi memang bukan Pria yang Allah berikan untukmu. Lupakan dia, masih banyak pria diluar sana yang menanti dirimu” Mama menghapus air mata yang membasahi pipiku dengan lembut dan kasih sayang.
Mama tau betapa sakitnya hati anaknya itu tapi mama ngak bisa apa-apa. Mama ingin menghentikan pernikahan Aldi. Itu tak mungkin ia lakukan. Hari pernikahan Aldi tinggal seminggu lagi.

ΩΩΩΩ
Aldi mengajak Kiara pergi ke Sakura Japanese Restaurant dijakarta selatan tepatnya di Jl. RA kartini TB Simatupang.
“Kiara sebentar lagi kita akan wisuda. Gimana perasaanmu”
“Perasaan ku, perlu tau” ujarnya dengan manja dan senyuman manis dibibirnya.
“Aku tau bagaimana persaanmu. Kamu bahagiakan. Hayo ngaku. Kamu ngak bisa bohong sama aku Ara”
Ara menundukkan kepalanya dan tersipu malu. Pipinya berubah merah. Aldi mengangkat dagu Ara dan mengecup kening Ara. Bertambah merahlah pipi Ara.
“Ara. Nanti setelah lulus wisuda ada yang ingin ku katakan padamu”
“Apa?”
“Nanti ya setelah kita sama-sama diwisuda baru aku kasih tau”
“Apa.... jangan bikin aku penasaran seperti ini”
Pelayan datang membawakan makanan. “Ini mas, mba pesanannya. 1 Bento dan Gozen, 1 Sashimi, 1 Nagiri Sushi dan 2 ice Lemon tea”
“Ada yang bisa kami bantu lagi” ujar manajer restaurant dengan harapan kami butuh bantuan mereka.
“Tak usah terimah kasih” ujar Aldi yang ingin pelayan dan manajer itu pergi. Ia tak ingin makan berdua dengan Ara tanpa gangguan siapa pun. Karena ini akan menjadi makan malam terkakhir buatnya tapi Ara tak tau akan hal itu.
Setelah makan malam. Aldi mengantar Ara sampai depan rumah dan karena sudah malam. Aldi tak masuk. Aldi menggenggam kedua tangan sangat erat, Ara merasa ini tak biasanya Aldi lakukan padanya. Aldi menatap Ara dan tiba-tiba memeluk Ara, Di dekapnya Ara dengan erat dan lembut. Serasa tak ingin kehilangannya lagi.
“Aldi....”
“Izinkan aku memelukmu sebentar saja”
Ara hanya pasra dan membiarkannya. Ada sesuatu yang ganjil dan Ara tak tau apa itu. Ara jadi takut apa yang dilakukan Aldi padanya malam ini. “Apa ada sesuatu yang disembunyikannya. Apa Aldi sakit, atau Aldi akan pergi”
Aldi melepaskan pelukannya “Masuklah. Aku akan pergi setelah kamu masuk”
“Kamu kenapa Aldi, ada yang kamu sembunyikan dari aku, katakanlah!. Jangan bohongi aku, aku tau ada sesuatu hal yang membuat kamu seperti ini. Katankanlah!”
“Masuklah Ara. Ini sudah malam. Angin malam tak baik buat kesehatan”
“Aku ngak akan masuk sebelum....” Aldi keburu mencium kening Ara dan Ara pun luluh.
“Baiklah aku masuk, kamu baik-baik saja kan” dikatakannya sekali lagi tuk meyakinkan hatinya.
“Ya kamu tak usah khawatirkan aku”
Ara pun masuk dengan rasa penasaran di pikiran dan hatinya. Ara tersenyum dan heran apa yang dilakukan Aldi padanya hari ini. Aldi pun meninggalkan rumah Ara setelah Ara masuk. Mama dan papa Ara pun heran melihat tingkah Putrinya yang senyum ngak jelas dan langsung masuk kekamar.
ΩΩΩΩ
Hari pernikahan Aldi pun tiba. Awalnya Ara tak mau datang tapi setelah mama menguatkan hati Ara. Ara pun datang walau ini sangat berat untuknya. Ara datang dengan Gaun putih sepanjang lutut, Highhell berwarna Silver setinggi 9 cm, asesories yang sepadan dengan gaun, dan Rambut yang di gerai bergelombang serta assesories rambut. Semua mata tertuju pada Ara saat Ara memasuki loby gedung dan ada yang berpikir Ara calon istri Aldi.
“Itu istri Aldi, wah cantik sekali...” ujar Wanita dengan gaun Merah menyala.
“Memang itu istri Aldi, wah Aldi sangat beruntung mendapatkanya” ujar teman wanita itu.
“Dia bukan Istri Aldi, itu Istri Aldi” seorang pria menunjuk kearah loby dan keluarlah Istri Aldi dari Mobil dengan Gaun hijau muda. Tinggi semampai seperti model.
“Saya pikir Wanita itu....” Wabita bergaun Merah menengguk minuman yang ada ditangannya.
Tempat pesta yang sangat megah dengan ornamen bunga disetiap sudut dan dengan nuasa Putih berpaduan Hijau serasa sangat sejuk dan damai dan ada taman dibekalang tempat pesta. Ara teringat, “Inikan tempat yang Ara ingin saat Ara menikah dengan Aldi kelak, tapi kenapa Aldi membuat tempat pesta ini.
” Ara...” ujar Aldi.
“Aldi....”
“Aku pikir kamu tak akan datang karena kamu kecewa dengan ku”
“Aku memang kecewa Aldi, kamu tega mengkhianati aku. Kamu mengkhianati cinta kita” Ujar Ara dalam hatinya ingin rasanya ia ungkapkan isi hatinya yang telah hancur.
“Ngak, buat apa kecewa. Aku ikut bahagia bila kamu bahagia. Aku senang, aku bahagia” Ujar Ara dengan tegas.
“Jangan bohongin aku Ara, aku tau kamu sedih dan kecewa dengan semua ini. Aku bisa melihat itu, jelas dari matamu”
“Aldi cukup.....” Ara memalingkan wajahnya, Aldi meraih tangan Ara, Aldi tak ingin Ara pergi lagi  “Sudah cukup Aldi, kini kamu telah menjadi milik orang lain, kau sudah menikah, lupakan aku, itu yang terbaik” Ara menatap wajah Aldi dan tersenyum untuk menutupi rasa sedihnya. Ara pergi meninggalkan Aldi.
ΩΩΩΩ
Sebulan kemudian. Ara pun keluar rumah, setelah hari pernikahan Aldi, Ara tak pernah keluar rumah, keluar kamar pun tidak. Ara hanya menangis dan hanya menangis yang ia lakukan selama seminggu. Ara seperti mayat hidup saat itu. Setelah mama mengajaknya bicara dan memberi semangat. Kini Ara sudah tegar dan menerima semua keadaan. Kini Ara Ikhlas menerima ini semua. Ara bertekat pada dirinya. Ia harus melihat kedepan dan mengubur masa lalunya. Semua hanya menjadi kenangan. Biar menjadi kenangan. Ara pergi ke taman dekat komplek perumahan di Pondok Indah. Ara duduk dibangku taman, Ara tersenyum bahagia. Sudah lama ia tak merasakan sebahagia ini. Aldi datang, ia hanya bisa melihat dari kejauhan. Ia tak ingin menyakiti hati Kiara lagi. Ara menengok kebelakang, Ara merasa ada yang sedang memperhatikannya. Aldi bersembunyi dibelakang pohon besar.
“Sepertinya aku melihat Aldi. Tapi mungkin itu hanya perasaan ku saja”
Aldi mendekati Kiara “Ara....” Aldi pun duduk disamping Ara.
“Aldi.....”
“Itu bukan persaanmu saja. Aku memang sudah lama memperhatikan mu. Aku hanya ingin melihat kondisimu. Aku tau dari mama mu, selama ini kamu mengurung dikamar. Kamu kenapa Ara? Mau kah kamu berbagi bersama ku”
“Untuk apa? Tidak ada gunanya lagi Aldi” Ara bangun dan pergi meninggalkan Aldi.
“Ara tunggu” Ara pun berhenti. Aldi meraih tangannya dan memeluk Ara.
“Jangan seperti ini Ara. Aku sakit bila kamu seperti ini. Aku sayang sama kamu. Aku masih cinta sama kamu sampai kapan pun” Ara melepaskan pelukan Aldi.
“Kamu sudah milik orang lain Aldi. Lupakan aku. Aku bahagia. Aku bisa hidup tanpa mu” Aldi pun mendekap Ara kepelukannya. “Lepaskan aku Aldi” Ara meneteskan air mata. Ditatap mata Ara oleh Aldi dan dihapus air mata dengan lembut.
“Kamu jangan bohongin hatimu Ara. Aku tau kamu sedih, kamu hancur”
“Sudah cukup Aldi, sudah...”
“Ara, Aku hancur sama seperti kamu” Ara menatap wajah Aldi.
“Kamu ingat saat dua hari setelah kamu diwisuda. Kamu kemana? Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Kamu pergi menghilang begitu saja, tanpa ada kabar, handphone kamu ngak aktif. Rumah kamu kosong, kamu ingat itu Ara. Aku bingung, aku harus mencari kamu kemana lagi” Ara pun terdiam membisu. Ara pun teringat akan hal itu.
ΩΩΩΩ
“Sebentar ma, lagi angkat telephone dulu”
Mama Kiara menggerundel dibelakang. Ara sedang telephone dengan Aldi.
“Maaf ya Aldi, biasa mama”
“Ara... bisa kita ketemu hari ini”
“Hari ini... ada apa?”
“Ada yang ingin aku sampaikan padamu”
“Ngak bisa lewat telephone saja Al”
“Aku perlu bicara langsung dengan mu”
Mama Kiara langsung mengambil Hanphone Kiara dan membawa handphone Kiara keluar. Ara pun pergi bersama orang tuanya. Pembantu Kiara pun juga diajak. Keluarga besar Kiara yang ada dibandung, ingin merayakan kelulusan Kiara. Mau tak mau Kiara pun mengikuti apa keinginan keluarga besarnya. Ini semua sudah menjadi tradisi keluarga besar Kiara.
Aldi datang kerumah Kiara dengan motor Ninja hijau. Aldi menghubungi Kiara sebelum mengebel rumah Kiara tapi handphone Kiara tak aktif. Selama tiga hari Aldi kerumah Kiara tapi Kiara tetap tak ada. Tetangga Kiara pun juga tak tau kemana kelurga Kiara pergi. Salah satu tetangganya tau.
“Cari siapa mas, dari kemaren datang kesini terus?”
“Mba tau, Kiara kemana?”
“Oh... semua orang yang tinggal disini pergi mas, saya liat sih bawa koper terus dimasukin ke mobil”
“Mba tau kemana?”
“Wah maaf mas, saya kurang tau”
“Makasih ya mba” Aldi pulang dengan rasa kecewa.
Saat itu Aldi tak ada yang bisa ia lakukan selain mengikuti keinginan mamanya untuk menikah dengan anak teman SMA mamanya. Aldi telah di jodohkan sejak Aldi lahir. Aldi pun memutuskan tuk mengikuti keingan mamanya itu. Awalnya Aldi ingin membawa Ara kerumahnya dan membatalkan pernikahannya. Dan kalau mamanya tak setuju Aldi akan nekat kawin lari dengan Ara. Tapi Ara tak kunjung datang.
ΩΩΩΩ
“Maafkan aku Aldi” Ara meneteskan air mata.
“Ini bukan sepenuhnya salahmu, aku yang tak tegas menjadi pria. Seharusnya aku lebih bersabar menunggu kamu pulang dan semua ini takkan terjadi” Aldi merasa sangat bersalah dan memukul dadanya “Jangan kau pukul dadamu Aldi” Ara meraih tangan Aldi dan menggengamnya lama sekali.
“Tapi Aldi, dapatkan waktu kita putar. Takdir memang tak menyatukan kita, kita memang tak jodoh. Sudahlah....” Ara pun tersenyum lebar.
“Kamu memang wanita yang kuat Ara. Aku bangga pernah mengenalmu”
“Kamu juga Aldi, kamu pria yang baik buat aku. Kamu telah memberikan aku arti sebuah Cinta. Cinta yang Indah”
Mereka pun tertawa bahagia. Aldi membelikan Eskrim untuk Ara dan untuknya. Mereka bahagia walau mereka tak bersatu. Ara dan Aldi pun mengenang masa lalu mereka dan menghabiskan waktu seharian.
Cinta memang aneh, Cinta memang tak pakai logika, Cinta datang dan pergi seiring berjalannya waktu, Cinta sulit tuk ditebak, Cinta memang tak harus bersatu dan tak harus saling memilki, Cinta itu sangat indah walau rasanya pahit, Cinta oh Cinta........
Buat ku Cinta itu unik dan rasanya manis lebih manis dari kembang gula....