Gara-Gara
Ingin Naik Pangkat Malah Jatuh Cinta
Part 1
04 februari 2012
Pagi hari Pak Wijaya beserta istri
sibuk mempersiapkan kedatangan putrinya yang baru pulang setelah delapan tahun
meninggalkan rumah, sibuk membersihkan rumah terutama kamar untuk putrinya,
semua pembantu beserta supir yang sekaligus ajudan dengan pangkat prajurit dua,
dikarenakan Pak Wijaya adalah seorang angkatan dengan pangkat Letnan Jenderal,
tak hanya memiliki seorang putri yang akan datang, Pak Wijaya juga memiliki
seorang putra yang mengikuti jejak ayah nya sebagai seorang angkatan hanya saja
anaknya mengambil TNI angkatan udara sedangkan ayahnya TNI angkatan darat,
dimana putranya kini telah ditugaskan ke Papua dengan pangkat Lenan Dua.
Putrinya sekolah di new york lalu
melanjutkan study-nya di Korea University dengan jurusan Korea University Business School selama
5 tahun dan ayahnya tidak mengeluarkan biaya sedikitpun untuk putrinya itu, ia
sangat pintar setelah kelar kuliah dan menyangdang gelar cumloude kini ia
kembali ke indonesia untuk menerapkan apa yang ia pelajari di korea dengan
mengembangkan sebuah bisnis di jakarta.
Nama putrinya adalah Mutiara Zalfa Syaza biasa dipanggil Tiara sedangkan
putranya bernama Andika Anwar Wijaya telah menikah dengan seorang wanita bernama
Kirana Azizah seorang putri dari sahabat Pak Wijaya.
Ibu
Wijaya pun sibuk sampai-sampai ia lupa waktu, Putrinya Tiara akan tiba
dijakarta jam 4 Sore sedangkan kini telah jam 2 siang, sungguh paniknya Bu
Wijaya. Ajudannya yang Bernama Dhimas menemui Pak Wijaya.
“Dhimas
saya mau kamu temani Putri saya selama Di jakarta, kalau putri saya senang kamu
dapat naik pangkat dan tak perlu khawatir saya akan mengusahakan kamu untuk
naik pangkat, kamu tenang aja. Bagaimana kamu mau atau tiadak”
“Gimana
ya pak?”
“Jawab
yang tegas ia atau tidak”
“Baik
pak saya siap” ujarnya dengan suara yang latang.
“Dhimas
kebetulan kamu disini kamu siap-siap untuk antarkan saya jemput Putri saya”
ujar Bu Wijaya.
“Baik
bu”
“Tidak
usah bu”
“Kenapa
pak?”
“Papa
punya tugas untuknya”
“Oh
begitu baik lah, biar mama minta antar Tara”
Bu
Wijaya pun berangkat dengan Tara tibanya disana ternyata Putrinya telah menunggu
di loby sambil membuka Ipadnya.
“Tiara.......”
“Mama.....”
Tiara
dan mama berpelukan sedangkan Tara hanya diam melihat anak dan ibu yang sudah
lama tak bertemu, kini dipertemukan.
“Mama
Ara kangen sama mama”
“Mama
juga Ara”
“Oh
Ya sampai lupa, ini Supir mama sekaligus ajudan papa”
“Ara,
Salam kenal” Tiara hanya mengangukan kepalanya.
“Tara”
Tiara,
mama dan Tara pun tiba dirumah, papa menyambut ku dengan penuh kehangatan,
Tiara merasa seperti kembali ke masa lalu, tak ada yang berubah hanya aja ada
yang kurang.
“Pa,
Ara kangen sama papa”
“Kangen
sama papa, tapi kenapa baru datang sekarang”
“I’m
Sorry pa, I’m very very busy”
“Baik
lah, sekarang kamu istirahat saja”
“Non
barang-barangnya mau taruh dimana?” ujar Tara dengan sibuknya membawa 1 koper
besar ditambah tas yang sangat berat.
“Oh
ya Taruh dikamar aja ya” “Pa, Ma, Ara kekamar dulu ya”
Saat
masuk kekamarnya, Tiara mengeluarkan air mata, terlalu banyak kenangan
didalamnya. Tempat tidur, lemari dan meja belajar pun masih sama seperti dulu
sebelum Tiara pergi. Tara pun menaruh barang-barang Tiara dan segera keluar.
Tiara pun duduk dikasurnya, lalu berdiri menuju meja belajarnya.Tiara melihat
Foto bersama kakaknya dan Tiara pun baru sadar.
“Oh
Ya, aku belum liat kakak, kakak kemana ya”
Tiara
pun keluar, saat Tiara mau keluar mama baru saja mau mengetuk pintu.
“Ara...
kita makan malam bersama dulu ya”
“Ia
Ma”
Tiara
dan keluarnya pun makan, setelah makan malam. Tiara masuk kekamar kakaknya. Ia
sangat kangen dengan kakaknya. Ternyata kakaknya tak ada dikamar dan ia melihat
ada sebuah Figura besar dengan sebuah foto kakak bersama dengan seorang wanita.
“Siapa wanita itu” ujarnya dalam
hati.
“Pa....
Ma.....” ujar Tiara yang keluar kamar kakanya dan menemui papa dan mamanya.
“Ada
apa Ara... ngak usah teriak-teriak”
“Ma,
Foto yang sama Kakak itu siapa?’
“Itu
Istrinya Ara”
“Istrinya”
Tiara kaget mendengarnya.
“Maaf
kan mama dan papa yang tak memberi tahukan kamu sebelumnya”
“Mama
dan papa Jahat sama Ara”
Ara
pun pergi ke halaman belakang dan duduk didekat kolam renang, Tiara menangis.
Baginya Kakaknya adalah segalanya. Tiara tak bisa kehilangan kakaknya, ia
sangat mencintai kakaknya. Karena sebenarnya Kak Dika bukan kakak kandung
Tiara. Dika diambil oleh papa dan mama dari panti asuhan saat dulu mama divonis
tidak akan memiliki anak oleh dokter. Tak lama setelah mengambil Dika, Mama
Hamil dan memiliki anak pertama yaitu aku. Dari usia ku 5 tahun, papa dan mama
mengatakan kalau Dika bukan kakak kandung ku tapi aku harus menghormatinya
sebagai kakak.
Saat
usia Ara 14 Tahun Ara mencitai kakaknya sendiri, Dika selalu ada jika Ara
membutuhkanya, Dika selalu melindungi Ara, selalu menjaga dan menemani Ara
kemana pun Ara pergi, Walau Dika sesibuk apa pun, Dika selalu ada waktu buat
Adiknya itu. Hingga akhirnya Ara pun mendapatkan Beasiswa ke New york Amerika.
Dika dan Ara pernah berjanji. “Jika Ara kembali kejakarta Dika harus menikah
dengan Ara” dan Dika pun setuju saja bahkan mama pun menyetujuinya. Tapi apa
yang terjadi Dika telah pergi meninggalkan Ara untuk selama-lamanya. Betapa
hancurnya hati Ara.
“Maaf
Non, malam-malam begini tak baik diluar, apalagi udaranya sangat dingin”
“Apa
pedulinya kamu sama aku”
“Tapi
Non...”
“Udah
lah, mau saya disini atau dimana bukan urusan kamu” ujar Ara dengan
marah-marah.
“Boleh
saya duduk disini”
“Terserah....”
Saat
Ara melihat wajahnya Pria yang berbicara denganya. Ara diam, Wajahnya sangat
mirip dengan Ka Dika. Ara pun tiba-tiba memeluknya dan berkata “Jangan
Tinggalkan Ara Lagi ka, Ara ngak mau kakak pergi dari Ara” dekapannya sangat
erat. Dhimas tak bisa lepas dari dekapan Ara. Kekasihnya pun datang dan melihat
apa yang dilakukan kekasihnya itu.
“Kasih...”
ujar Dhimas yang lalu lepas dari dekapan Ara.
“Kasih....”
ujar Ara
“Maaf
saya harus pegi Non” Dhimas pun lari mengejar Kasih (kekasihnya)
ΩΩΩΩ
Dhimas
mengejar kekasihnya. Ara pun bangun tapi kakinya terpleset hingga jatuh
kekolam. Ara tak bisa berenang sama sekali.
“Ka
Tolong Ara”
Dhimas
pun berhasil mengejar pacaranya “Kasih, kamu jangan begini, kamu salah paham,
apa yang kamu lihat bukan yang sebenarnya, ia cuma anak bos aku. Aku hanya
temaninya”
“Temani.....
tapi kami kenapa pelukan denganya”
“Dia
yang peluk aku”
“Terus
kenapa ngak coba lepas”
Tara pun datang dengan tergesa-gesa menghampiri
Dhimas dan Kasih.
“Dhimas, sebaiknya sekarang ikut gw, Ara jatuh di
kolam renang, ibu sama bapak panik. Gw ngak bisa renang, lw kan bisa, ayo cepet
tolong”
“Tapi Kasih Gimana?”
“Kasih maaf ya ini darurat” ujar Tara.
“Maaf kan aku Kasih”
Dhimas pun ditarik Tara. Tiara pun akhirnya
berhasil diselamatkan oleh Dhimas dan dibawa kekamarnya. Setelah menolong Tiara,
Dhimas kembali menemui Kasih tapi kasih sudah tak ada. Dokter Pribadi pun
datang, tak lama setelah dokter memeriksa Tiara pun sadar dan langsung bangun,
Tiara mencari Dhimas yang ia pikir kakaknya.
“Ara kamu mau kemana?”
“Ara mau cari kakak, tadi kakak ada disini”
Ara lari keluar dan melihat Dhimas, ia langsung
mendekap Dhimas dari arah belakang.
“Maaf Non saya bukan kakak Non”
“Ara dia bukan Dika”
“Bukan Ka Dika...”
Tiara pun langsung lemas, Tiara dibawa masuk kedalam rumah.
“Maaf kan Ara ya Dhimas”
“Ia bu ngak apa-apa? Kalau boleh tau kakaknya yang mana ya, bukan ibu
Cuma punya seorang anak”
“Kakaknya ada cuma ia telah menikah, Ara sangat cinta
dengan kakaknya dan kalau dilihat-lihat wajahmu sangat mirip dengan kakaknya
Ara”
“Ia bu”
“Ia makanya pas kamu hampiri dia, dia mengira
kalau kamu kakaknya”
Keesokan harinya, Tiara pun bangun. Kini
kondisinya jauh lebih baik, ia sudah dapat berpikir mana yang benar, mana yang
salah.Ara pun juga sudah tau kalau Kakaknya telah menikah, walaupun Ara sangat
patah hati, Ara tak bisa lakukan apa-apa.
“Pagi sayang... kamu udah bangun ya”
“Pagi Ma....”
“Ara, kemarin kamu salah orang, yang kamu peluk
itu bukan Dika tapi Dhimas, anak buah papa mu”
“Ia Ma.... tapi wajahnya sangat mirip Ka Dika”
“Memang tapi itu bukan Dika, Ara.....”
Seminggu kemudian Ara sudah bisa melepaskan
kakaknya itu dan kakaknya pun datang. Kakaknya sangat kangen dengan adiknya
itu.
“Assalamualaikum” Dika datang dengan Istrinya.
“Dika....” ujar mama.
Dika langsung mencium tangan mama begitu juga dengan
istrinya.
“Ma Ara udah balik ya, Dika kangen sama Ara Ma, Ara
mana Ma?”
“Ara di kamarnya.... Ara sangat kangen sama kamu”
“Ia Ma” ujarnya terkejut mendengar.
Andika mengetuk pintu kamar Ara “Tok-tok-tok-tok”
Ara pun keluar, saat Ara membuka pintu kamarnya. Ara langsung memeluk Dika.
“Ka, Ara kangen sama kakak”
“Kakak juga Ara”
“Kakak jahat, udah nikah tapi ngak bilang sama
Ara”
“Ara ngak bisa dihubungin, makanya kakak juga
bingung harus hubungin Ara ke No yang mana”
Ara pun cemberut “Jangan cemberut gitu, kan jadi
jelek dilihatnya”
“Apa sih Kakak” ujar Ara dengan pukul-pukul
badannya.
Istrinya pun melihat Suaminya dan Adiknya bertemu,
Tertawa bahagia. Rana pun meneteskan air mata bahagia dan tersenyum.
“Rana....”
“Mama...”
“Kamu bahagia ya liat mereka berdua, tapi kamu
ngak marah kan”
“Ia bu, aku juga mengerti bu apa yang pernah
terjadi dengan Dika dan adiknya”
“Syukurlah..... Mama takut kamu marah dan cemburu
melihat sikap mereka”
“Ngak lah Ma, Rana bisa mengerti hati Ara”
Dika, Tiara, Mama, Papa dan Rana pun makan siang
bersama.
“Ka Mau makan apa? Biar Ara yang ambilin ya”
“Ara...” ujar mama.
“Ngak apa-apa ma” ujar Rana.
Ara melihat Dhimas sedih, tak ada semangat hidup. Ara menghampirinya.
“Maaf ganggu, kamu kenapa?”
“Oh ya maaf ya waktu itu, aku peluk kamu”
“Ngak apa-apa Non...”
“Terus kenapa kamu sedih”
“Pacar ku Kasih marah, ia tak mau maafkan ku Non”
“Pasti gara-gara aku ya”
“Ngak kog Non, ini salah ku”
“Bagaimana kalau aku bicara dengan Kasih, mungkin
dengan begitu, kamu ngak akan sedih”
“Ngak Perlu Non”
“Ayo, aku harus minta maaf, antarkan ku padanya”
Akhirnya masalah pun Clear, Dhimas dan Kasih
bersatu lagi. Tak ada kesedihan lagi.
ΩΩΩΩ
Tiga hari Dika dan Istrinya tinggal, kini mereka
harus kembali ke Papua. Rumah terasa sepi kembali setelah kepergian mereka. Ara
harus melanjutkan kehidupannya. Ara pun membuka usaha di daerah kemang Raya,
membuka sebuah bisnis restaurant yang kini sedang dalam dibangun dan akan
segera dibuka sebulan atau dua bulan lagi. Saking kerja keras, Ara lupa untuk
makan, kurang tidur, semua itu ia lakukan untuk melupakan Dika, kakaknya.
Akibatnya ia pun jatuh sakit, selama tiga hari Ara tak sadarkan diri, Ara
selalu memanggil nama kakaknya.
“Ka Dika, Ka Dika” terus Ara ucapkan....
Mama dan papa bingung harus bagaimana lagi, mama
ngak mau memanggil Dika datang lagi ke jakarta, hari ini Dika ada pelantikan
terakhir untuk kenaikan pangkat. Dhimas pun lewat, mama pun memanggil Dhimas
dan memintanya untuk mengantikan Dika, kakak Ara.
“Dhimas, bantu putri saya Tiara, ia sakit keras,
ia tak sadarkan diri, bantu untuknya terbangun dari tidurnya. Saya mohon”
“Tapi bu?”
“Ayo lah Dhimas, ini hanya sampai Tiara sadar,
habis itu saya ngak akan minta apa-apa lagi”
Dhimas pun diam, ia pun teringat atas janjinya
dengan pak Wijaya, untuk temani putrinya dan bahagiakan putrinya itu. Lagi pula
Dhimas pun ingin cepat-cepat naik pangkat, agar gajinya pun naik.
“Baiklah bu, saya usahakan”
Bu Wijaya dan Dhimas pun masuk kamar Tiara dan
Tiara pun masih terus mengigau nama Dika.
“Duduk disampingnya dan ucapakan sesuatu agar Ara
sadar, anggap Ara ini adikmu”
Dhimas pun duduk disamping Ara Tidur, Dhimas
membisikan “Ara bangun, kakak ada disini, disamping kamu, Ara yang kakak Cinta
bangun” Dhimas mengusap rambutnya.
Ara pun tetap tak sadar. Bu Wijaya memberi kode
untuk menggenggam tangan Ara.
Dhimas pun menggenggam tangan Ara, dengan lembut
Dhimas lakukan. Ara pun sadar, Ara membuka matanya, Dhimas pun bangun dan
keluar.
“Ara kamu sudah sadar”
“Mama, sepertinya ada yang membisikan sesuatu di
telinga Ara, suaranya seperti ka Dika, tapi Ara merasa itu bukan Ka Dika”
“Sekarang jangan pikirkan itu, yang penting kamu
sembuh dulu, kamu makan ya Ara, mama sangat Khawatir sama kamu, tiga hari kamu
ngak sadarkan diri”
Keesokan harinya Ara pun bangun, kondisinya jauh
lebih baik dan lebih segar. Ara pun turun dari kamarnya. Di Tempat lain, Dika
merasa cemas, Dika teringat akan adiknya Ara. Istrinya pun bilang kalau Ara
sakit keras dan tak sadarkan diri. Istrinya pun bilang setelah Dika selesai di
karantina dan telah mendapatkan kenaikan pangkat. Dika pun langsung buru-buru
ke jakarta.
Tapi apa yang terjadi, Pesawat yang dinaikki
Dhimas dan Istrinya mengalami kecelakaan dan jatuh, semua penumpang terluka
parah bahkan ada yang meninggal. Rana,Dika dan penumpang lainya pun dibawa
kerumah sakit terdekat. Papa, Mama dan Tiara pun Shock mendengar berita
tersebut. Rana dan Dika pun dibawa kerumah sakit dijakarta, itu pun karena papa
langsung datang kerumah sakit dimana Dika dan Rana dirawat. Dika tak sadarkan
diri sedangkan Rana terus mengeluarkan darah dari mulutnya. Hingga tiba
dijakarta Rana telah dipanggil Allah dan hari itu juga Rana dikubur. Rana
meninggal pukul 8.15 saat tiba dirumah sakit RSPAD.
Dika juga tak sadarkan diri. Selama seminggu Dika
juga tak sadarkan diri. Rana Istrinya telah tenang disisi Allah Swt. Bahkan
Rana sedang mengandung anak dari Dika yang telah berusia 3 minggu dalam
kandungan. Akhirnya Dika pun sadar setelah Tiara membisikan sesuatu ditelinga
Dika.
“Aku ada dimana?”
“Kakak sudah sadar” Tiara pun keluar dan
memanggil Dokter.
Dokter pun memeriksa Dika dan meminta keluaganya
untuk masuk.
“Dokter ada apa dengan putra saya?”
“Sepertinya ada gangguan pada ingatanya, itu
terjadi karena benturan keras di kepalanya”
“Ka, ini Ara, kakak ingatkan”
“Kamu siapa?”
“Kakak ngak ingat sama Ara, adik kakak”
“Dika, kamu ingat sama mama dan papa”
“Mama....”
“Alhamdullilah kamu ingat sama mama”
“Mama, mama Dika kan, Mama Wijaya, Tapi wanita
ini siapa ma?”
“Bu bisa ikut saya... biar Dika istirahat”
“Dika kamu istirahatnya”
Dokter pun mengatakan kalau Dika mengalami lupa
ingatan sebagian, ia hanya ingat masa lalunya, Dika tak ingat setelah Dika
memiliki adiknya Ara. Dan dokter pun berpesan agar jangan sampai buat Dika Shock
dan bingung. Itu akan berakibat fatal, jika hal itu terjadi ada kemungkinan
Dika tak akan ingat selama-lamanya.
Ara pun bersabar dan mengatakan kalau ia adalah
adik angkat, adik yang diangkat papa dan mama. Walau sakit, ia harus tetap
bertahan dan bersabar. Semua foto-foto pernikahan Dika dengan Rana pun disimpan
di sebuah kamar yang tak boleh Dika masukki.
Dika dan mama pun pulang. Tibanya dirumah.
“Wah ma rumah masih yang seperti dulu ya”
“Ia lah sayang, sekarang kamu tidurnya”
Ara sangat sedih dengan apa yang terjadi dengan
kakaknya Dika, ia tak bisa lakukan apa-apa selain berdoa kepada Allah swt.
Semua telah terjadi dan hanya waktu yang dapat mengembalikan semuanya. Ara
hanya bisa bersabar dan terus bersabar. Ara tanpa lelah mencoba mengembalikan
semua ingatan kakaknya. Walau Ara terus saja dipukul, di dorong dan
dimarah-marahin bahkan di caki-maki Dika, Ara tetap bersabar dan tak sedikitpun
Ara membalas semua apa yang dilakukan kakanya Dika. Dika selalu bilang “Kamu
itu cuma adik angkat ku, jangan sok tau, kamu bukan siapa-siapa? Kamu itu cuma
anak yang diangkat sama mama dan papa ku. Jadi jangan atur-atur aku”
Bersambung.....................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar