Sabtu, 31 Agustus 2013
Jumat, 30 Agustus 2013
Sabtu, 02 Maret 2013
Biar Menjadi kenangan
Biar Menjadi Kenangan
Ini
hari yang tak ku sangka. Aku lulus dan mendapat gelar S1 Ekonomi salah satu universitas
swasta di jakarta. Ini menjadi impian aku selama ini, selama 4 tahun aku
berjuang bersama-sama teman-teman dan sahabat ku untuk meraih impian ini dan
tak lupa kekasih ku.
Tapi
selang beberapa hari, kekasihku Aldi pergi meninggalkan ku dan entah kemana ia
pergi. Pembantu rumahnya pun juga tak tau kemana Aldi pergi. Dia menghilang
begitu saja tanpa pesan.
Aku
bingung harus mencari kemana lagi dan tanpa ku sangka aku mendapat kiriman
undangan pernikahan. Ternyata undangan itu dari Aldi. Aku kaget setengah mati,
begitu teganya Aldi mengkhianati aku. Aku setia menunggunya. Lebih 4 tahun aku
bersamanya. Ini yang dinamakan cinta. Aldi selalu bilang “Ara.... Aku mau kita
sama-sama meraih S1 dan setelah itu kita akan tunangan jika kamu tak mau
terburu-buru menikah” dan aku selalu berkata “Aku janji tuk setia padamu,
takkan ada pria dihatiku selain dirimu”
“Kiara
kenapa kamu menangis setelah membaca undangan pernikahan. Memang dari siapa?”
Ara memberikan undangan itu ke mama dan dengan tatapan kosong dan matanya
berlinang air mata.
Aku
ngak tau harus berbuat apa lagi. Hanya tangis yang aku bisa lakukan saat itu.
Setelah membaca undangan tersebut, mama memelukku dengan hangat dan diusapkan
punggung ku.
“Sudah
Ara, jangan kau tangisi lagi. Semua sudah terjadi. Aldi memang bukan Pria yang
Allah berikan untukmu. Lupakan dia, masih banyak pria diluar sana yang menanti
dirimu” Mama menghapus air mata yang membasahi pipiku dengan lembut dan kasih
sayang.
Mama
tau betapa sakitnya hati anaknya itu tapi mama ngak bisa apa-apa. Mama ingin
menghentikan pernikahan Aldi. Itu tak mungkin ia lakukan. Hari pernikahan Aldi
tinggal seminggu lagi.
ΩΩΩΩ
Aldi
mengajak Kiara pergi ke Sakura Japanese
Restaurant dijakarta selatan tepatnya di Jl. RA kartini TB Simatupang.
“Kiara
sebentar lagi kita akan wisuda. Gimana perasaanmu”
“Perasaan
ku, perlu tau” ujarnya dengan manja dan senyuman manis dibibirnya.
“Aku
tau bagaimana persaanmu. Kamu bahagiakan. Hayo ngaku. Kamu ngak bisa bohong
sama aku Ara”
Ara
menundukkan kepalanya dan tersipu malu. Pipinya berubah merah. Aldi mengangkat
dagu Ara dan mengecup kening Ara. Bertambah merahlah pipi Ara.
“Ara.
Nanti setelah lulus wisuda ada yang ingin ku katakan padamu”
“Apa?”
“Nanti
ya setelah kita sama-sama diwisuda baru aku kasih tau”
“Apa....
jangan bikin aku penasaran seperti ini”
Pelayan
datang membawakan makanan. “Ini mas, mba pesanannya. 1 Bento dan Gozen, 1 Sashimi,
1 Nagiri Sushi dan 2 ice Lemon tea”
“Ada
yang bisa kami bantu lagi” ujar manajer restaurant dengan harapan kami butuh
bantuan mereka.
“Tak
usah terimah kasih” ujar Aldi yang ingin pelayan dan manajer itu pergi. Ia tak
ingin makan berdua dengan Ara tanpa gangguan siapa pun. Karena ini akan menjadi
makan malam terkakhir buatnya tapi Ara tak tau akan hal itu.
Setelah
makan malam. Aldi mengantar Ara sampai depan rumah dan karena sudah malam. Aldi
tak masuk. Aldi menggenggam kedua tangan sangat erat, Ara merasa ini tak
biasanya Aldi lakukan padanya. Aldi menatap Ara dan tiba-tiba memeluk Ara, Di dekapnya
Ara dengan erat dan lembut. Serasa tak ingin kehilangannya lagi.
“Aldi....”
“Izinkan
aku memelukmu sebentar saja”
Ara
hanya pasra dan membiarkannya. Ada sesuatu yang ganjil dan Ara tak tau apa itu.
Ara jadi takut apa yang dilakukan Aldi padanya malam ini. “Apa ada sesuatu yang
disembunyikannya. Apa Aldi sakit, atau Aldi akan pergi”
Aldi
melepaskan pelukannya “Masuklah. Aku akan pergi setelah kamu masuk”
“Kamu
kenapa Aldi, ada yang kamu sembunyikan dari aku, katakanlah!. Jangan bohongi
aku, aku tau ada sesuatu hal yang membuat kamu seperti ini. Katankanlah!”
“Masuklah
Ara. Ini sudah malam. Angin malam tak baik buat kesehatan”
“Aku
ngak akan masuk sebelum....” Aldi keburu mencium kening Ara dan Ara pun luluh.
“Baiklah
aku masuk, kamu baik-baik saja kan” dikatakannya sekali lagi tuk meyakinkan
hatinya.
“Ya
kamu tak usah khawatirkan aku”
Ara
pun masuk dengan rasa penasaran di pikiran dan hatinya. Ara tersenyum dan heran
apa yang dilakukan Aldi padanya hari ini. Aldi pun meninggalkan rumah Ara
setelah Ara masuk. Mama dan papa Ara pun heran melihat tingkah Putrinya yang
senyum ngak jelas dan langsung masuk kekamar.
ΩΩΩΩ
Hari
pernikahan Aldi pun tiba. Awalnya Ara tak mau datang tapi setelah mama menguatkan
hati Ara. Ara pun datang walau ini sangat berat untuknya. Ara datang dengan
Gaun putih sepanjang lutut, Highhell berwarna Silver setinggi 9 cm, asesories
yang sepadan dengan gaun, dan Rambut yang di gerai bergelombang serta
assesories rambut. Semua mata tertuju pada Ara saat Ara memasuki loby gedung
dan ada yang berpikir Ara calon istri Aldi.
“Itu
istri Aldi, wah cantik sekali...” ujar Wanita dengan gaun Merah menyala.
“Memang
itu istri Aldi, wah Aldi sangat beruntung mendapatkanya” ujar teman wanita itu.
“Dia
bukan Istri Aldi, itu Istri Aldi” seorang pria menunjuk kearah loby dan
keluarlah Istri Aldi dari Mobil dengan Gaun hijau muda. Tinggi semampai seperti
model.
“Saya
pikir Wanita itu....” Wabita bergaun Merah menengguk minuman yang ada ditangannya.
Tempat
pesta yang sangat megah dengan ornamen bunga disetiap sudut dan dengan nuasa Putih
berpaduan Hijau serasa sangat sejuk dan damai dan ada taman dibekalang tempat
pesta. Ara teringat, “Inikan tempat yang Ara ingin saat Ara menikah dengan Aldi
kelak, tapi kenapa Aldi membuat tempat pesta ini.
”
Ara...” ujar Aldi.
“Aldi....”
“Aku
pikir kamu tak akan datang karena kamu kecewa dengan ku”
“Aku
memang kecewa Aldi, kamu tega mengkhianati aku. Kamu mengkhianati cinta kita”
Ujar Ara dalam hatinya ingin rasanya ia ungkapkan isi hatinya yang telah
hancur.
“Ngak,
buat apa kecewa. Aku ikut bahagia bila kamu bahagia. Aku senang, aku bahagia”
Ujar Ara dengan tegas.
“Jangan
bohongin aku Ara, aku tau kamu sedih dan kecewa dengan semua ini. Aku bisa
melihat itu, jelas dari matamu”
“Aldi
cukup.....” Ara memalingkan wajahnya, Aldi meraih tangan Ara, Aldi tak ingin
Ara pergi lagi “Sudah cukup Aldi, kini
kamu telah menjadi milik orang lain, kau sudah menikah, lupakan aku, itu yang
terbaik” Ara menatap wajah Aldi dan tersenyum untuk menutupi rasa sedihnya. Ara
pergi meninggalkan Aldi.
ΩΩΩΩ
Sebulan
kemudian. Ara pun keluar rumah, setelah hari pernikahan Aldi, Ara tak pernah
keluar rumah, keluar kamar pun tidak. Ara hanya menangis dan hanya menangis
yang ia lakukan selama seminggu. Ara seperti mayat hidup saat itu. Setelah mama
mengajaknya bicara dan memberi semangat. Kini Ara sudah tegar dan menerima
semua keadaan. Kini Ara Ikhlas menerima ini semua. Ara bertekat pada dirinya.
Ia harus melihat kedepan dan mengubur masa lalunya. Semua hanya menjadi
kenangan. Biar menjadi kenangan. Ara
pergi ke taman dekat komplek perumahan di Pondok Indah. Ara duduk dibangku
taman, Ara tersenyum bahagia. Sudah lama ia tak merasakan sebahagia ini. Aldi
datang, ia hanya bisa melihat dari kejauhan. Ia tak ingin menyakiti hati Kiara
lagi. Ara menengok kebelakang, Ara merasa ada yang sedang memperhatikannya.
Aldi bersembunyi dibelakang pohon besar.
“Sepertinya
aku melihat Aldi. Tapi mungkin itu hanya perasaan ku saja”
Aldi
mendekati Kiara “Ara....” Aldi pun duduk disamping Ara.
“Aldi.....”
“Itu
bukan persaanmu saja. Aku memang sudah lama memperhatikan mu. Aku hanya ingin
melihat kondisimu. Aku tau dari mama mu, selama ini kamu mengurung dikamar.
Kamu kenapa Ara? Mau kah kamu berbagi bersama ku”
“Untuk
apa? Tidak ada gunanya lagi Aldi” Ara bangun dan pergi meninggalkan Aldi.
“Ara
tunggu” Ara pun berhenti. Aldi meraih tangannya dan memeluk Ara.
“Jangan
seperti ini Ara. Aku sakit bila kamu seperti ini. Aku sayang sama kamu. Aku
masih cinta sama kamu sampai kapan pun” Ara melepaskan pelukan Aldi.
“Kamu
sudah milik orang lain Aldi. Lupakan aku. Aku bahagia. Aku bisa hidup tanpa mu”
Aldi pun mendekap Ara kepelukannya. “Lepaskan aku Aldi” Ara meneteskan air
mata. Ditatap mata Ara oleh Aldi dan dihapus air mata dengan lembut.
“Kamu
jangan bohongin hatimu Ara. Aku tau kamu sedih, kamu hancur”
“Sudah
cukup Aldi, sudah...”
“Ara,
Aku hancur sama seperti kamu” Ara menatap wajah Aldi.
“Kamu
ingat saat dua hari setelah kamu diwisuda. Kamu kemana? Aku ingin mengatakan
sesuatu padamu. Kamu pergi menghilang begitu saja, tanpa ada kabar, handphone
kamu ngak aktif. Rumah kamu kosong, kamu ingat itu Ara. Aku bingung, aku harus
mencari kamu kemana lagi” Ara pun terdiam membisu. Ara pun teringat akan hal
itu.
ΩΩΩΩ
“Sebentar
ma, lagi angkat telephone dulu”
Mama
Kiara menggerundel dibelakang. Ara sedang telephone dengan Aldi.
“Maaf
ya Aldi, biasa mama”
“Ara...
bisa kita ketemu hari ini”
“Hari
ini... ada apa?”
“Ada
yang ingin aku sampaikan padamu”
“Ngak
bisa lewat telephone saja Al”
“Aku
perlu bicara langsung dengan mu”
Mama
Kiara langsung mengambil Hanphone Kiara dan membawa handphone Kiara keluar. Ara
pun pergi bersama orang tuanya. Pembantu Kiara pun juga diajak. Keluarga besar
Kiara yang ada dibandung, ingin merayakan kelulusan Kiara. Mau tak mau Kiara
pun mengikuti apa keinginan keluarga besarnya. Ini semua sudah menjadi tradisi
keluarga besar Kiara.
Aldi
datang kerumah Kiara dengan motor Ninja hijau. Aldi menghubungi Kiara sebelum
mengebel rumah Kiara tapi handphone Kiara tak aktif. Selama tiga hari Aldi
kerumah Kiara tapi Kiara tetap tak ada. Tetangga Kiara pun juga tak tau kemana
kelurga Kiara pergi. Salah satu tetangganya tau.
“Cari
siapa mas, dari kemaren datang kesini terus?”
“Mba
tau, Kiara kemana?”
“Oh...
semua orang yang tinggal disini pergi mas, saya liat sih bawa koper terus dimasukin
ke mobil”
“Mba
tau kemana?”
“Wah
maaf mas, saya kurang tau”
“Makasih
ya mba” Aldi pulang dengan rasa kecewa.
Saat
itu Aldi tak ada yang bisa ia lakukan selain mengikuti keinginan mamanya untuk
menikah dengan anak teman SMA mamanya. Aldi telah di jodohkan sejak Aldi lahir.
Aldi pun memutuskan tuk mengikuti keingan mamanya itu. Awalnya Aldi ingin
membawa Ara kerumahnya dan membatalkan pernikahannya. Dan kalau mamanya tak
setuju Aldi akan nekat kawin lari dengan Ara. Tapi Ara tak kunjung datang.
ΩΩΩΩ
“Maafkan
aku Aldi” Ara meneteskan air mata.
“Ini
bukan sepenuhnya salahmu, aku yang tak tegas menjadi pria. Seharusnya aku lebih
bersabar menunggu kamu pulang dan semua ini takkan terjadi” Aldi merasa sangat
bersalah dan memukul dadanya “Jangan kau pukul dadamu Aldi” Ara meraih tangan
Aldi dan menggengamnya lama sekali.
“Tapi
Aldi, dapatkan waktu kita putar. Takdir memang tak menyatukan kita, kita memang
tak jodoh. Sudahlah....” Ara pun tersenyum lebar.
“Kamu
memang wanita yang kuat Ara. Aku bangga pernah mengenalmu”
“Kamu
juga Aldi, kamu pria yang baik buat aku. Kamu telah memberikan aku arti sebuah
Cinta. Cinta yang Indah”
Mereka
pun tertawa bahagia. Aldi membelikan Eskrim untuk Ara dan untuknya. Mereka
bahagia walau mereka tak bersatu. Ara dan Aldi pun mengenang masa lalu mereka
dan menghabiskan waktu seharian.
Cinta memang aneh, Cinta
memang tak pakai logika, Cinta datang dan pergi seiring berjalannya waktu,
Cinta sulit tuk ditebak, Cinta memang tak harus bersatu dan tak harus saling
memilki, Cinta itu sangat indah walau rasanya pahit, Cinta oh Cinta........
Buat ku Cinta itu unik dan
rasanya manis lebih manis dari kembang gula....
Langganan:
Postingan (Atom)